Anisa adalah anak tunggal. Dia anak kesayangan, apalagi orang tuanya yang kaya raya. Tetapi bisa dibilang orang tuanya gagal mendidiknya. Dia slalu diberi kekuasaan, untuk melakukan apa saja yang diinginkan.
Saat pendaftaran SMP, kejadian yang tak mungkin pernah dilupakan oleh anisa. Dia tidak diterima di SMP pilihannya. Tapi orang tuanya tak cemas, karena mereka banyak uang. Hal yang dilakukan termasuk hal yang buruk. Yang sering dikenal dengan istilah membeli kursi.
Berbeda dengan siti. Gadis desa yang pintar. Dia anak pertama dari 4 bersaudara. Dia dengan mudahnya masuk di SMP itu, karena prestasinya. Dia tidak anak orang kaya seperti anisa. Dia anak orang sederhana, bahkan kekurangan. Mungkin tanpa beasiswa, siti tak dapat meneruskan sekolah.
Suatu hari, mereka bertemu diruang kelas. Anisa dan teman-temannya yang sering disebut, THE ANGEL. Menatap siti dwngan sinis. Siti duduk disamping nisa, salah satu anggota the angel. Tapi sifatnya berbeda dengan yang lainnya. Dia tidak sombong, tapi baik.
"Hay" kata nisa menyapa.
"Iya" kata siti tersenyum.
"Aku siti" lanjutnya, sambil mengulurkan tangan.
"Aku nisa" kata nisa, merekapun bersalaman.
"Aku boleh tanya?" Tanya siti.
"Boleh. Tanya apa?" Tanya nisa.
"The angel itu apa?" Tanya siti. Nisa tersenyum.
"Itu nama kelompokku dan teman-temanku. Anisa, nisa, ghisele, erina dan lina" jawab nisa.
"Maaf sebelumnya. Apa kalian jahat?" Tanya siti dengan lugunya.
"Ya, diantara kita memang ada yang jahat" jawab nisa sambil tersenyum. Nisa tidak tersinggung dengan perkataan siti. Karena memang yang dikatakan benar.
"Kau lucu juga" kata nisa.
"Dulu didesaku, aku ikut lenong bocah. Jadi aku bisa membuat kelucuan" kata siti.
"Nis, kekantin yuk?" Kata anisa.
"Kamu mau ikut?" Kata lina. Menawari siti.
"Oh, iya. Kenalin ini siti" kata nisa.
"Dia lucu lho" lanjutnya.
"Aku lina, ini anisa, ini ghisele, dan ini erina" kata lina memperkenalkan temannya. Tatapan anisa, ghisele, dan erina terlalu sinis. Dia memang tidak suka dekat dengan orang seperti siti. Katanya sih, nggak level gitu.
"Udahlah aku laper. Kamu anak pintar kan, kenapa nggak keperpustakaan aja?" Kata ghisele.
"Bener juga. Kamu dapat beasiswa kan?" Kata erina.
"Eli" kata anisa memanggil temannya. Eli menghampiri anisa dengan membawa buku. Ya, diakan kutu buku.
"Apa?" Tanya eli.
"Ini ada murid yang kutu buku, samalah kayak kamu. Ajak sana, mau keperpustakaan kan ?" Kata anisa dengan sombongnya.
"Ayo" kata eli dengan tersenyum.
"Aku duluan ya nisa" kata siti dengan lugunya. Siti tak sakit hati dengan sikap anisa, ghisele dab erina. Nisa dan lina hanya menghela nafas melihat sikap 3 temannya itu.
Merekapun menuju kekantin. Seperti biasa ada 1 meja khusus untuk mereka. Dan jumlah kursinya hanya 5 tidak ada yang berani menempati tempat itu, kecuali mereka. Ketika mereka sudah duduk, makanan dan minuman langsung datang. Karena ibu kantin sudah tau makanan dan minuman yang disukai mereka. Seminggu sekali ayah anisa menuju kekantin untuk memberi uang ibu kantin. Ya, makhlumlah anak orang kaya.
Setelah makanan dan minuman telah dihabiskan. Mereka kembali kekelas. Diperjalanan nisa menegur anisa.
"Anisa. Menurutku tak seharusnya, tadi kamu bersikap seperti itu ke siti" kata nisa. Anisa hanya diam.
"Emang nggak sepantasnya ya?" Tanya erina kepada nisa.
"Iya lah. Dia cewek lugu yang nggak tau apa-apa. Jadi kenapa kita ganggu dia" jawab lina.
"Nggak sepantasnya gimana ? Kamu tu aneh lin. Cewek kampungan kayak gitu disuruh gabung ke the angel. Ya, nggaklah" kata ghisele dengan sinisnya.
"Tapi dia tu belum punya temen" kata nisa.
"Nisa sayang. Dia bukan level kita,ok" kata anisa dengan angkuhnya.
"Sudahlah. Percuma bicara sama kalian" kata nisa mengalah.
"Udahlah. Cewek kampung kayak gitu dibahas, nggak penting tau nisa" kata erina.
"Nisa, aku pindah duduk sama kamu aja deh" kata lina cemberut. Erina terkejut, lalu berkata.
"Eh, lin. Apaan sih, trus aku duduk sama siapa?" Kata erina.
"Sama siti" kata ghisele.
"Hahaha" kami tertawa kecuali erina.
"Trus dimeja kamu tulis. The katrok. Hahaha" kata anisa.
"Ih, ogah banget. Jangan gitu dong lin" kata erina cemberut.
"Bodo amat 😋" kata lina.
"Kasian" kata nisa langsung tertawa. Tak terasa ngobrol sambil berjalan, sudah sampai didepan kelas. Nisa dan lina berlari langsung duduk. Anisa dan ghisele juga begitu. Erina dudum ditempat nisa, dia cemberut.
"Eh, tega banget sih" kata erina. Lina, nisa, anisa dan ghisele hanya tersenyum. Bu silfi masuk ke dalam kelas. Dan mengabsen murid yang tidak berangkat semua ada, kecuali.
"Siti" kata bu silfi.
"Nggak ada bu" kata erina.
"Eli" kata bu silfi.
"Nggak ada bu" kata anisa. Lina dan nisa saling memandang, mereka heran kenapa siti dan eli belum ada. Siti dan eli berlari kencang menuju kekelas.
"Maaf bu saya terlambat" kata eli menunduk.
"Dari mana kalian?" Tanya bu silfi.
"Dari perpustakaan bu" jawab siti.
"Baiklah. Duduk" kata bu silfi. Siti duduk disamping erina. Siti tersenyum, tetapi erina cuek. Erina sebenarnya berharap siti dihukum, agar dia tau kalo sekolah ini kejam. Jadi dia pindah deh, adilkan. Ya, memang. Adil buat dia, nggak buat siti.
"Hay, erina" kata siti menyapa sambil tersenyum, tetapi erina memalingkan muka. Siti tidak tersinggung dengan sikap erina. Dipikiran siti, mungkin erina sedang halangan. Jadi dia cuek kepada setiap orang. Atau tidak sikapnya memang seperti itu.
Waktu berlalu begitu cepat. Bel tanda berakhirnya proses belajar mengajar berbunyi.
"Selamat siang" kata bu silfi.
"Selamat siang" jawab seisi kelas. Bu silfipun meninggalkan kelas, begitu juga dengan murid yang lainnya. Anisa, ghisele, dan erina pulang bersama. Karena rumah mereka berdampingan. Sedangkan nisa bersama lina, karena rumahnya berdampingan.
"Nisa, anterin ke kamar mandi yuk? Aku udah nggak kuat" kata lina, sambil memegang perutnya. Nisa dan linapun keluar kelas dan membawa tasnya.
"Aku benci sama siti" kata erina.
"Kerjain yuk? Tadi aku denger dia diperpustakaan" lanjutnya.
"Tapikan sama eli rin" sahut ghisele.
"Kayaknya nggak deh. Walaupun eli kutu buku juga, tapi dia nggak pernah langsung deket sama orang baru. Ya kan?" Kata anisa.
"Dia sendirian kok, tadi dia bilang sama aku. Eh, tau nggak apa yang dia bilang sama aku?" Tanya erina.
"Apa emang rin?" Tanya ghisele.
"Gini, ehem-ehem. Erina, kamu mau ikut keperpustakaan nggak ? Disana sejuk banget loh. Kayak ada kipas anginnya, tapi toh nggak ada" kata erina menirukan gaya siti, dengan betenya.
"Hahaha" kata ghisele dan anisa.
"Cie. The katrok, kompak banget" kata anisa. Erina cemberut, langsung berkata.
"Mau ngerjain dia nggak? Keburu lina sama nisa datang." Sambil menarik tangan anisa, anisa menarik tangan ghisele. Mereka menuju keperpustakaan.
Sedangkan nisa dan lina menuju ke kelas. Mereka bingung kenapa sudah tidak ada anisa, ghisele dan erina.
"Kemana mereka?" Tanya lina.
"Mungkin mereka sudah pulang lin" jawab nisa.
"Oh, gitu. Tega banget mereka ninggalin kita sa" kata lina cemberut.
"Apaan sih? Aneh banget. Udah biasa tau dia lakuin itu" kata nisa.
"Udahlah, ayo pulang" lanjutnya sambil menarik tangan lina. Merekapun menuju keparkiran.
Di perpustakaan, mereka mengintip siti yang sedang membaca buku.
Ditempat parkir, nisa langsung masuk kedalam mobilnya. Lina melihat mobil anisa.
"Nisa. Itu bukannya mobil anisa ya?" Tanya lina.
"Iya. Lho, mereka kemana ?" Tanya nisa bingung.
"Berarti mereka masih disekitar sekolah ini dong" lanjut nisa. Nisa mengambil hanphonenya, langsung menelfon anisa.
Hanphone anisa berbunyi. Siti melihat mereka bertiga.
"Kunci pintunya" kata ghisele. Erina mengunci pintu. Siti berlari menuju kepintu.
"Tolong. Buka pintunya" kata siti panik.
"Siapa sih anisa, kamu itu" kata ghisele sebal. Anisa melihat hanphonenya, dia terkejut.
"Nisa" katanya panik.
"Udah sana, kamu angakat dulu. Biar ini aku yang beresin" kata ghisele. Erinapun mengangguk. Anisa menjauhi perpustakaan dan mengangkat telfonnya.
"Hallo" kata anisa.
"Kamu dimana nis? Kok mobilmu masih disekolah" tanya nisa.
"Ya, nih. Aku tadi dijemput papa, trus aku jadi lupa kalo aku bawa mobil" kata anisa.
"Lha terus, ghisele sama erina gimana?" Tanya nisa lagi.
"Iya, dia bersama aku. Mereka juga lupa, tapi nggak usah cemas. Supir papaku udah menuju kesana kok nisa. Kamu duluan aja" kata anisa.
"Oh, ya udah. Aku pulang dulu ya?" Kata nisa.
"Iya" kata anisa. Anisa melihat kecoa, dia memang tidak takut kecoa. Dia memasukkan kecoa kedalam kantung plastik, dan kembali keperpustakaan. Nisa dan linapun pulang.
"Hay, lihat apa yang aku temukan!" Kata anisa melihatkan kecoa, kepada ghisele dan erina.
"Ayo cepat masukkan, agar dia pingsan didalam" kata ghisele dengan liciknya. Anisa melemparkan kecoa kedalam perpustakaan. Siti berteriak-teriak, ketakutan. Anisa dan teman-temannya tertawa bahagia, tanpa merasa bersalah sama sekali.
"Ada apa ini?" Tanya pak satpam, mengagetkan mereka.
"Pak satpam" kata ghisele terkejut.
"Apa yang kalian lakukan ? Saya akan laporkan kalian, ayo ikut saya" katanya menarik tangan anisa. Anisa melepaskan tangan itu dengan kasar.
"Aku tau berapa gaji kamu" dengan sombongnya. Dia mengeluarkan uang.
"2 juta untuk tutup mulut, cukup" lanjutnya dengan mengulurkan uang tersebut. Ghisele dan erina tersenyum, karena mereka tau. Apapun yang dilakukan anisa slalu benar, karena dia slalu membawa banyak uang.
"Apa yang kamu lakukan. Ini sudah keterlaluan" kata pak satpam lebih marah lagi.
"Kurang" kata anisa, lalu mengambil uang 1 juta lagi dari tasnya.
"Cukup" kata anisa, dengan mengulurkan uang 3 juta itu. Pak satpam mengambil uang itu.
"Jaga rahasia ini pak" kata erina.
"Lebih baik kalian cepat pulang" kata pak satpam. Merekapun pulang dengan hati bahagia, karena dapat membuat siti ketakutan. Dia membukakan pintu itu, karena pak satpam tak tega melihat siti ketakutan.
"Terimakasih pak" kata siti setelah keluar dari ruang perpustakaan.
"Cepat kamu pulang. Lain kali jangan macem-macem sama anisa dengan gengnya itu" kata pak satpam. Sitipun pulang, siti baru sadar kalo itu suara the angel. Tapi suara yang siti dengar hanya anisa, ghisele dan erina. Siti tak mendengar suara nisa dan lina. Sitipun juga yakin kalo nisa dan lina tidak sejahat anisa, ghisele dan erina.
(Oh, ya. Bukannya tadi aku juga melihat anisa, ghisele dan erina menutup pintu perpustakaan). Kata siti dalam hati.
Dan keesokan harinya, kejadian yang tak pernah diduga terjadi. Bu titi masuk kedalam kelas dan berkata.
"Anisa, ghisele, erina dan siti. Tolong segera menuju keruang BK" nisa melihat lina, lina menggeleng. Anisa, ghisele dan erina bingung.
"Ada apa?" Tanya nisa.
"Masalah tadi sore mungkin" kata anisa, langsung menutup mulutnya. Ghisele menarik tangan erina.
"Ayo anisa" kata erina langsung menarik tangan anisa. Mereka keluar menuju keruang BK. Dibelakangnya ada siti.
"Ada yang aneh sama mereka" kata nisa curiga.
"Apa mungkin sore itu dia masih disekolah?" Kata lina.
"Trus apa hubungannya sama siti?" Tanya nisa heran.
"Jangan-jangan" kata nisa dan lina serentak, berfikiran macam-macam.
Sedangkan diruang BK sudah ada pak satpam. Mereka masuk kedalam ruangan dengan panik.
"Saya mau tanya dulu sama anisa" kata bu titi, anisapun duduk disamping pak satpam.
"Apa yang kamu lakukan kemarin sore diperpustakaan" tanya bu titi. Anisa melihat pak satpam.
"Tolong telfon ayahmu untuk datang kesini" lanjut bu titi. Anisa mulai panik.
"Ayah saya tidak dirumah bu" jawab anisa.
"Bohong. Cepat" kata bu titi mulai marah.
"Tapi bu" belum selesai bicara sudah dipotong bu titi.
"Diam"
"Ayahmu sudah ada disini, silahkan masuk" lanjut bu titi. Ayah anisa masuk kedalam ruangan tersebut.
"Saya berani membayar berapapun, asal anak saya tidak dikeluarkan" kata ayah anisa.
"Maaf pak, disekolah ini tidak butuh orang kaya. Kami hanya ingin murid berprestasi seperti siti" jawab bu titi.
"Dan kalian berdua, juga dikeluarkan" lanjut bu titi sambil menatap ghisele dan erina.
"Silahkan keluar" jata pak satpam.
"Saya bisa tuntut sekolah ini" kata ayah anisa dengan marahnya.
"Silahkan. Pintu tepat disamping anda" kata bu titi. Ayah anisa menarik tangan anisa, mereka keluar dari ruangan itu. Begitu juga dengan ghisele dan erina, mereka menyesal telah mengikuti anisa.
Sadarlah kawan, uang itu bukan segalanya. Dan apapun yang salah, itu harus tetap disalahkan. Dan yang benar, tentu saja tetap benar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar