Hari ini hari yang ditunggu-tunggu oleh nafa dan teman-temannya. Mereka akan berkemah dipuncak. Sudah lama mereka tak kesana. Biasanya setiap 6 bulan sekali mereka berkemah ditempat indah itu. Tetapi karna kesibukan mereka, sudah 2 tahun ini mereka tak melewati bersama. Ya, inilah saatnya untuk bertemu kawan lama.
"Tuuuut" hanphone nafa berbunyi,ia menggangkatnya.
"Hallo" kata nafa.
"Aku udah didepan fa, kamu keluar gih" kata kelli.
"Oke" jawab nafa langsung menutup telfonnya. Nafapun keluar dari rumah.
"Pagi kelli" sapa nafa, langsung memeluk kelli. Maklumlah, kawan lama.
"Ehem" kata aira, yang tak disadari kehadirannya.
"Lho, aira. Apa kabar ?" Katanya langsung memeluk aira, saat nafa sadar bahwa disitu juga sudah ada aira.
"Baik kok fa" kata aira sambil mencubit pipi nafa.
"Eh, tunggu. Wina dan ana mana?" Tanya nafa sambil mencari-cari disekitarnya.
"Dia di...." belum selesai kelli berkata sudah dipotong oleh aira.
"Tebak deh fa"
"Aku mikir dulu ya" jawab nafa pura-pura berfikir.
"Waduh, apaan sih fa. Kayak bisa mikir aja" kata aira mulai dengan keisengannya.
"Yah, udah nggak lola lagi aku" kata nafa sambil mengeluarkan lidahnya.
"Pasti mereka belum datang kan" lanjut nafa dengan PDnya. Tiba-tiba kaca mobil terbuka.
"Enak aja loe, gue nungguin lama keles" kata wina.
"Eh" kata nafa karena kaget. Ana melihat jam.
"Kayake nggak lama deh win. Kan dari kita berempat, kamu yang paling lama dateng" kata ana dengan polosnya.
"Hahaha. Ana masih polos" kata kelli.
"Kamu lupa rencana kita na" kata wina. Ana mencoba berfikir.
"Rencana yang mana?" Tanya ana bingung.
"Aku juga udah lupa kok" kata wina bete.
"Hahaha, lupakan. Ayo berangkat" kata nafa menengahi. Nafa, kelli, dan airapun segera masuk kedalam mobil. Mereka segera berangkat. Didalam perjalanan mereka hanya bercanda. Dan melepaskan untaian kata yang tidak begitu bermakna. Ya, cerita yang takkan ada akhirnya. Itulah cerita yang takkan ada akhirnya. Itulah cerita yang selalu diceritakan oleh ana. Ya, dia memang konyol. Tapi itulah yang dicintai dari ana oleh sahabat-sahabatnya.
Entah mengapa fikiran nafa menjadi tak enak. Dia membuka tas, dan mencari-cari apa yang terlupa. Aira heran melihat nafa.
"Ada apa fa?" Tanya ana.
"Ngecek aja sih ra, kayaknya ada yang ketinggalan" jawab nafa.
"Terus ada yang ketinggalan nggak?" Tanya wina.
"Kayaknya ada deh win, tapi aku nggak tau apa" jawab nafa dengan cemas. Ana melihat kebelakang (bagasi mobil), langsung berkata.
"Lho kok kopernya cuma 4 sih, kan kita berlima" katanya dengan heran.
"Koperku" teriak nafa dengan paniknya. Kelli menghentikan mobil secara mendadak, karen kaget.
"Apaan sih fa, tenang kan juga bisa. Hampir saja" kata kelli dengan betenya.
"Maaf" kata nafa dengan menunduk.
"Bener kopermu tertinggal ?" Tanya aira kepada nafa. Nafa mengangguk.
"Terus gimana puter balik ?" Kata kelli.
"Iyalah kel, trus kalo nggak balik aku nggak bawa perlengkapan apa-apa kelli" jawab nafa.
"Aduh fa, udah jauh" kata ana mengeluh.
"Yaudah deh. Puter balik aja" kata kelli langsung puter balik.
"Nafa konyollah" kata ana dengan sebelnya. Semua tatapan mata tertuju pada ana. Begitupun dengan kelli yang sedang mengemudikan mobil, dia melihat dari kaca yang terletak diatasnya.
"Kenapa?" Kata ana heran.
"Yang konyol kamu bukan aku" jawab nafa.
"Iya nih, apaan sih ana. Yang konyol itu kamu" kata wina, ikut menyalahkan ana.
"Ana tu apaan, kamu yang konyol" kata aira, kellipun juga tak mau kalah.
"Pokoknya ana yang konyol" katanya langsung tertawa.
"Baiklah" kata ana.
"Aku memang slalu salah, oke" lanjutnya mengalah dengan wajah melas.
"Hahaha" teman-temannya tertawa bahagia. Tak lama kemudian sampailah dirumah nafa. Nafa segera keluar dan masuk kedalam rumah. Ibunya sedang menyapu ruang keluarga.
"Ibu" kata nafa saat sadar ibunya ada dirumah. Ibu nafa melihat nafa.
"Kenapa pulang lagi fa, nggak jadi pergi ?" Tanya ibunya.
"Koperku tertinggal bu" jawab nafa langsung naik ke atas.
"Bagaimana bisa tertinggal fa, kamu itu ceroboh" kata ibunya.
"Namanya juga manusia" teriak nafa dari atas. Nafa lalu masuk kedalam kamar mengambil koper, lalu menuju kebawah. Nafa keluar rumah dengan berlari kecil.
"Hati-hati fa, ibu baru saja selesai mengepelnya" kata ibunya mengingatkan.
"Iy..." nafa terpeleset.
"Aduh" katanya merintih kesakitan sambil memegang kaki.
"Nafa" teriak ibunya langsung menuju keteras.
"Nafa, kamu nggak apa-apa kan ?" Tanya kelli yang sejak tadi menunggu diteras, sambil membantunya berdiri.
"Ibu kan sudah bilang hati-hati, kamu itu ceroboh" kata ibunya dengan cemas.
"Kamu nggak apa-apa kan ?" Lanjutnya.
"Nggak apa-apa kok bu, nafa berangkat dulu ya ?" Kata nafa.
"Lebih baik besok, ini sudah hampir senja" kata ibu nafa.
"Tapi bu" kata nafa cemberut.
"Tapi apa, kamu itu ceroboh. Pergi saat senja itu berbahaya" kata ibu nafa. Nafa melihat teman-temannya.
"Baiklah" kata nafa.
"Tapi aku ingin sekarang" kata nafa memohon. Ibunya luluh. Bagaimana tidak, nafa adalah anak satu-satunya jadi tidak heran kalo dia terlalu dimanja. Nafa mengulurkan tangannya.
"Hati-hati sayang" kata ibunya, juga mengulurkan tangan. Mereka berjabat tangan, nafa mencium tangan ibunya. Ibu nafa mencium kening nafa. Kellipun berpamitan, begitu pula teman-teman nafa yang berada didalam mobil. Mereka keluar dulu untuk berpamitan.
Setelah berpamitan merekapun segera masuk kemobil. Nafa melambaikan tangan begitu juga dengan ibunya.
"Fa, kamu nggak apa-apa kan ?" Tanya wina.
"Nggak apa-apa kok" jawab nafa.
"Kamu kok sedih ?" Tanya aira kepada nafa.
"Nggak apa-apa kok" jawab nafa.
"Nafa tenang aja, kita akan slalu ada buat kamu kok" kata kelli sambil tersenyum.
"Kalo kamu takut, aku akan meluk kamu kayak gini" kata ana langsung memeluk nafa.
"Aku juga" kata wina juga memeluk nafa.
"Aku jauh" kata aira sambil cemberut, karena dia berada disamping kelli.
"Kalo aku nggak bisa" kata kelli yang sedang mengemudikan mobil.
"Tapi aku kan slalu ada kok, buat kalian" lanjutnya.
"Hahaha, aku sayang kalian" kata nafa sambil tersenyum.
"Kita itu apa?" Lanjutnya.
"Kawan" jawab jawab kelli, ana, wina, dan aira serentak.
"Hahaha" mereka tertawa bersama. Bercanda tawa bersama sahabat, itulah yang paling indah.
"Win, kok nggak bisa direm" kata kelli panik.
"Kelli pelan-pelan dong" kata aira ketakutan. Mereka berteriak ketika mobil itu menabrak sebuah pohon.
"Wina" kata nafa sambil mengoyangkan badan wina yang sudah terselimuti darah. Nafa melihat orang-orang disekitarnya yang bersimpah darah. Dia memegang kepalanya. Tangannya bersimpah darah. Dia memegang kepalanya. Tangannya bersimpah darah, kepalanya sangat sakit. Rasa sakit itu membuatnya tak sadarkan diri.
Saat nafa terbangun dia sudah berada dirumah sakit. Nafa melihat sekelilingnya, tak ada siapapun. Dimana wina, dimana ana, dimana kelli dan aira. Mengapa mereka tak disini. Ada seorang perempuan yang masuk keruangan ini, dia seorang perawat.
"Selamat sore" katanya. Nafa masih terdiam, dia masih bingung. Dia ingin berbicara, tapi entah mengapa tidak terdengar suara apapun. Perawat itu keluar setelah memeriksa keadaannya. Nafa slalu mencoba untuk berbicara, tapi tak pernah terdengar. Ia panik, apa yang terjadi? Apa apa ini ?. Dia menangis, teriak sekencang mungkin tapi tak ada seorangpun yang mendengar.
"Apa yang terjadi? Kenapa ini terjadi ? Dimana suaraku ? Dimana?" Teriaknya tak berhenti diiringi dengan derasnya tetesan air mata.
"Kenapa aku disini sendirian ? Dimana teman-temanku? Dimana mereka?" Teriaknya lagi.
"Wina!"
"Aira!"
"Ana!"
"Kelli!" Katanya menangis.
"Dimana kalian" teriaknya lagi. Tiba-tiba teman-temannya berada disampingnya. Nafa bingung, kenapa mereka cepat sekali. Wina, aira, ana dan kelli langsung memeluk nafa. Nafa sangat merasa nyaman saat itu. Pelukan itu membuat nafa lupa akan suaranya. Sampai ia tertidur lelap.
Nafa tak pernah tau, bahwa teman-temannya itu sudah beda alam dengannya. Hari demi hari dilewati dengan terapi untuk mengembalikan suaranya. Semua cobaan berat itu, tak pernah ia pedulikan. Karna nafa tak pernah sendiri. Teman-temannya slalu ada untuknya. Justru, cobaan dan pelukan itu adalah hal terindah yang terjadi.
Berbulan-bulan hal itu terjadi. Hari demi hari nafa semakin membaik. Mungkin sebentar lagi dia akan bisa berbicara lagi. Tapi entah sampai kapan ia menganggap temannya masih hidup. Tidak ada yang tau tentang itu. Yang dapat diketahui adalah pertemanan mereka yang sejati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar