Hari ini masih seperti biasanya dimana aku dan DIA mulai seperti orang yang tak pernah kenal. Masih teringat masa-masa dimana aku dan DIA dekat, dimana bercanda, bercerita dan saling mempercayai satu sama lain. Aku tak mengerti, kenapa suatu hubungan yang aku anggap kuat itu mudah dihancurkan oleh keegoisan satu sama lain. Aku tak pernah punya maksud untuk membuatnya menangis tentang apa yang terjadi padaku. Tapi apa salah jika aku mendapatkan itu.
Masih teringat jelas dibenakku tentang kejadian itu, hari itu hari ulangtahunku pertama kali di SMA. Aku tak pernah ingin dapat kejutan seindah itu. Ya, indah. Itu awalnya, sebelum semua senyuman berubah menjadi air mata. Aku ingin tersenyum bersama seorang sahabat, entah kenapa itu tak terjadi. Apa aku salah menganggap DIA, atau memang aku tak pantas mendapatkannya.
Di ruang osis, anggota osis mengucapkan selamat padaku. Aku senang dengan senyum mereka semua. Tiba-tiba nurul mengulurkan setangkai bunga mawar putih padaku. Aku dan hero tau itu dari siapa , aku menggeleng.
"Terima may, nggak tau kan pengorbanan dia. Aku disuruh berangkat, cuma buat ngasihin ini kekamu" kata nurul.
"Aku takut, kalo aku nerima itu dia fikir aku nerima dia " jawabku.
"Enggak may" kata nurul.
"Hargai dek, dia udah nyiapin semuanya lho. Cuma demi kamu, dia nggak nuntut kamu bilang iya." Kata mbak febi meyakinkanku
"Tapi mbak" kataku ragu.
"Kasian dia dek" kata mbak dewi.
"Dia bilang gini may. Yang penting bungane udah diterima maya, udah sampai rumahe dia. Kalo habis itu mau dibuang aku nggak apa-apa, yang penting udah dia terima" kata nurul. Aku nerima bunga itu. Mbak febi ternyata juga ngasih bunga, paijo juga bawa.
"Cie zaki" kata anak-anak osis.
"Eh, ini juga dari kak mbemnya maya" katanya langsung ketawa.
"Dasar paijo" kataku. Aku menerima bunga 3 itu, ternyata ada tulisannya huruf. Katanya hero dia udah nyiapin 16 bunga mawar putih, ditulis H B D M A Y A O K T A V I A N A. Ya allah dia so sweet banget. Tapi aku udah anggap dia sebagai kakakku. DIA kok sedih, aku bingung kenapa DIA bersikap begitu. Tiba-tiba DIA udah nggak ada diruang osis, apa ada yang salah sama aku.
"Ke kelas yuk bel" kataku dengan nabel. Bungaku dibawa nabel, terus menuju ke kelas. Belum lama duduk dikelas kak tembem menyuruh teman-temannya kekelasku buat ngasihin bunga itu. Ada mbak sandra sahabatnya kak tembem juga. Aku sebenere malu dengan semua kejutan ini, aku juga takut dengab semua ini. Aku takut jika dikira PHP, aku nggak mungkin nerima kak tembem. Aku inget kata-kata DIA yang nyuruh aku untuk nggak nerima bunga itu, demi kak awan. Tapi aku harus menghargai kak mbem, dia kakakku.
Temen-temen kak tembem tanya sama teman-temanku didepan kelas siapa yang namanya maya. Mereka senyum sambil ngasihin bunga itu.
"Nggak usah mbak aku takut" kataku sama salah satu orang yang memberikan bunga itu.
"Nggak apa-apa dek" jawabnya.
"Kalo nanti aku dikira nerima dia" kataku.
"Enggak dek, nggak apa-apa" katanya meyakinkan. Oke, aku nerima bunga itu. Tapi tetep aja yang bawa itu nabel, karna aku nggak mau ada yang salah paham tentang itu. Bunga yang ke 16 aku terima didepan osis, dan orang itu bilang.
"Bunganya dirangkai ya dek"
"Iya mbak makasih" jawabku. Bunga itu kurangkai. Ya, memang bener terdapat tulisan indah disitu HBD MAYA OKTAVIANA. Tapi apa arti bunga itu, jika aku tak menginginkannya.
Waktu berlalu begitu cepat, tibalah saat rohis (rohani islam). Disitu aku mendapatkan kejutan yang bisa buatku menangis. Kak tembem dan teman-temannya membawa kue ulangtahun dan jam tangan buatku. Temannya membawa foto-fotoku yang dirangkai sedemikian rupa, dengan tulisan yang sama seperti dibunga itu.
Aku melihat DIA , ia menangis melihat itu. Aku tak mau melihat itu. Kak mbem ingin memasangkan jam itu di tanganku, tapi aku menolak. Dia memaksa terus.
"Nggak apa-apa, nggak usah. Namane anak kecil juga malu" kata mbak sandra.
"Oke " kata kak tembem. Kak tembem berjabat tangan sama aku sambil bilang.
"Panjang umur, sehat selalu, pokoknya tambah baik-baik dan yang pasti. Bisa bilang RRRR" katanya langsung ketawa, teman-temanpun ikut tertawa. Tapi kenapa dengan DIA, DIA menangis dibahunya asti. Apa maksud dari ini semua, apa yang terjadi padaku salah buat DIA. Kak tembem keluar dari kelas sambil bilang.
"Jangan cengeng" ya, pasti dia tau kalo aku sedih lihat ini. Aku sedih, disaat aku senang DIA tak ikut merasakannya. Apa salah dengan kejadian ini.
Waktu pulang rohis, DIA bilang.
"Duluan ya" katanya sambil senyum, tapi tetep aja ada yang berbeda dari DIA.
"Iya" jawabku.
"Hampir habis may" kata nabel. Hahaha, nabel-nabel. Dari tadi makan kue itu terus. Aku dapat tersenyum. Aku dan nabel menuju keruang osis dengan membawa kue itu. Disitu aku melimpahkan apa yang aku rasakan, senang, sedih. Karna tak mengerti tentang semua ini. Sandiwara apa yang terjadi dihari ini. Apakah air mata itu sandiwara ? tentu saja tidak !.
"Cemburu sosial" kata mbak rima. Tapi aku tau DIA, DIA nggak mungkin cemburu. DIA seorang sahabat yang baik. Tapi entah,aku tak tau tentang ini. Aku benar-benar tak mengerti arti semua ini.
"Kekamar mandi yuk?" Kata hero.
"Ngapain" jawabku.
"Menurutmu?" Katanya heran.
"Hahaha, iya PHP" jawabku. Aku dan dia keluar dari ruang osis. Sampai disamping kamar mandi, aku menuju kekamar mandi. Tapi dia menarik tanganku.
"Mau kemana?" Tanyaku heran.
"Ikut aja" jawabnya. Kita menuju kesalah satu kelas. Hero masuk, aku menarik tangannya.
"Ngapain ?" Tanyaku, aku mulai takut.
"Masuk aja" jawabnya. Aku ragu.
"Ayo" dia menarikku. Ternyata disitu sudah ada kak awan dan kak lori. Kak awan nyanyi selamat ulangtahun. Aku niup lilin sama dia. Dia dapat potongan pertama dari aku, hero dan kak lori sibuk sendiri. Kita foto-foto bareng, aku dapat melupakan masalah itu sekejap. Tapi seakan teringat lagi saat diruang osis tadi. Saat anak osis berfoto dengan bunga itu, DIA langsung saja kembali kekelas. Huh, rasanya lelah sekali. Tiba-tiba hero dan kak lori keluar. Kak awan megang tanganku sambil bilang.
"Kamu mau nggak jadi pacarku" aku bingung mau bilang apa, aku bingung. Aku inget kata-kata DIA , buat nerima kak awan. Oke demi kamu aku terima dia. Aku mengangguk. Lagi pula aku juga nggak enak buat nolak dia, karena sebelum dia nembak. Dia ngasih kado boneka beruang buat aku, warna jinga. Dia tau apa kesukaanku, aku berharap dia juga bisa jaga perasaan. Aku juga berharap DIA mau aku bahagia, jadi DIA berharap buat aku nerima kak awan. Aku yakin seorang sahabat, pasti menginginkan sahabatnya bahagia.
"Nanti bilang sama DIA ya, kalo kamu nerima aku" katanya sambil senyum.
"Iya" jawabku.
"Mau dianter pulang?" Tanyanya.
"Nggak usah, makasih" jawabku.
"Oke" katanya. Aku pulang dengan hero, baru aja satu langkah dia bilang.
"Hati-hati ya" aku mengangguk dan tersenyum. Lalu menuju keruang osis untuk mengambil tas, langsung pulang deh. Ternyata didepan sekolah sudah ada kak tembem. Dia sedih, kenapa ini. Dia melihat hadiah yang aku pegang dari kak awan. Mungkin dia sudah tau semuanya. Huh, apa yang harus aku lakukan 😔
"Duluan kak" kataku waktu sudah ada bus yang berhenti.
"Iya, hati-hati dek" jawabnya. Aku mengangguk langsung menyebrang jalan, dan naik bus itu. Sampainya dirumah baru saja buka pintu.
"Dari siapa?" Kata ibu.
"Temen" jawabku langsung masuk kedalam kamar. Aku menangisi apa yang terjadi, apa salahku. Aku tak mengerti tentang semuanya. Aku menerima kak awan demi DIA. Aku udah anggap DIA sebagai sahabat, tapi kenapa. Teringat hari-hari sebelumnya saat DIA bahagia jika menceritakan kak awan. Tapi mengapa DIA menyuruhku untuk menerima kak awan. Kenapa ?
Hari-hari berikutnya aku menjaga jarak dengan DIA, untuk intropeksi diri. Tapi apa yang kudapat, kenyataan pahit yang tak pernah kuduga. Temanku bercerita jika DIA bilang.
"Apasih kelebihannya maya ? Kenapa banyak yang suka sama dia. Halah, padahal maya sama aku cantik aku" oke, kalo memang gitu. DIA ditanya bilang gitu atau enggak, katane nggak pernah. Padahal temenku yang denger langsung ada 2, terus satu bangkunya juga bilang iya kalo DIA bilang gitu. Nggak mau ngaku ? Nggak apa-apa. Nggak perlu ngaku, karna dengan begitu aku tau siapa sebenarnya kamu. Kamu punya kelebihan yang tak kupunyai. Kau dapat tau kan apa yang kurasakan, tapi aku tidak. Aku tak iri, buat apa. Aku juga tak tau kali diluar sana lebih banyak lagi yang kau ucapkan.
Sudah selesai semua sandiwara itu. Sehingga sekarang aku tau, siapa sahabat siapa tidak. Kau bilang didalam kelas ini semua berpolitik. Betul, kaupun sama. Sudahlah, aku tak menyesal tentang kejauhan ini. Yang kusesali adalah menangisi seorang yang tak seharusnya kutangisi. Biarlah masa-masa dimana kita tak dapat dipisahkan itu menjadi kenangan. Dan kejadian ini menjadi pelajaran sekaligus jawaban, atas semuanya. Selamat tinggal kenangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar