Hati...
Bukankah semua orang punya hati
Tapi ternyata benar
Tidak semua orang pakai hati
Tanggungjawab...
Bukankah semua orang harus tanggungjawab
Tapi ternyata benar
Tidak semua orang bisa bertanggungjawab
Manusia
Kau yang slalu merasa sempurna
Pakailah hatimu
Lakukan tanggungjawabmu
Bukankah apa yang kau tanam akan kau dapatkan
Lalu kenapa
Kau tak tanamkan semua itu dengan hati
Dengan penuh tanggungjawab
Ketahuilah
Kau tak akan bisa lari kemanapun
Saat yang paling berkuasa datang
Kau akan terima semuanya
Sebaik baiknya orang adalah dia yang bermanfaat bagi orang lain. Suatu kebahagiaan tersendiri ketika bermanfaat bagi orang lain. Terus belajar dan jangan lupa berbagi 😇 Semoga bermanfaat bagi semua yang melihatnya . Terimakasih 😊
Sabtu, 29 September 2018
10 tangkai bunga mawar impian
Aku berlari menuju keruang kelas. Hari ini aku tak boleh terlambat lagi. Karena hari ini ulangan bahasa indonesia. Walaupun aku belum belajar, tapi aku tetap harus mengikuti ulangan itu. Aku langsung duduk dibangkuku, dan menarik nafas. Belum mengeluarkan nafas itu, aku sudah dikejutkan dengan suara bu hanif.
"Siapa yang suruh kamu duduk?" Kata bu hanif. Aku terkejut, aku mengeluarkan nafas itu.
"Maaf bu, saya terlambat" jawabku sambil menatap kebawah.
"Saya sudah tau itu, seisi kelaspun tau kalo kamu terlambat" katanya dengan nada keras.
"Lebih baik kamu tidur saja lagi dirumah. Tak perlu mengikuti pelajaran saya" lanjutnya.
"Tapi bu..." belum selesai aku berbicara. Bu hanif sudah memotongnya.
"Tak perlu tapi-tapi. Saya minta kamu keluar" jawabnya dengan nada keras. Nampak sekali kalo dia sedang marah. Akupun menurutinya, aku keluar dari kelas itu. Di depan pintu kelas, aku dipanggil oleh bu hanif.
"Siska" akupun berbalik badan.
"Sebagai gantinya aku ingin kau membuat wawancara dengan seorang pemulung" lanjutnya. Aku terkejut, aku sangat jijik dengan pemulung.
"Tapi bu, jangan pemulung yang lain aja. Seperti penjual buah, kue. Pemilik restoran, hotel..." belum selesai aku bicara. Bu niken sudah memotongnya.
"Cukup" katanya dengan nada keras.
"Pemulung atau nilai rapot kamu kosong" lanjutnya. Aku terdiam. Aku benci dengan pemulung, dia sangat jorok. Wajahnya, bajunya. Oh, sangat menjijikkan.
"Saya kasih waktu kamu 2 hari. Besok rabu kamu harus mengumpulkannya" kata bu hanif.
"Kalau hari rabu dimeja saya belum ada tugas kamu. Nilai rapot kamu kosong" lanjutnya.
"Baiklah bu" jawabku. Ya, walaupun terpaksa. Bahkan sangat terpaksa. Aku meninggalkan kelas itu. Aku tak tau harus kemana mencari seorang pemulung.
Ada seorang wanita, dia menjatuhkan sebuah buku tua. Buku itu lusuh. Aku mendekati buku itu. Aku mengambilnya, buku inj seperti buku diary.
"Hay, kau menjatuhkan bukumu" kataku sambil mengulurkan bukunya. Tetapi dia sudah tiada, dia sudah hilang. Aku ingin mencoba membuka buku itu.
"Ada apa?" Kata pak satpam penjaga sekolah. Bertanya kepadaku.
"Wanita tadi menjatuhkan buku ini" jawabku dan menunjukkan buku itu.
"Oh, dia. Pemulung itu maksudmu ?" Kata pak satpam.
"Pemulung?" Tanyaku heran, mana mungkin seorang pemulung menulis diary.
"Ya, dia seorang pemulung. Apa kau mau mengembalikannya. Rumahnya tak jauh dari sini" jawabnya.
"Apa dia sering kesini" tanyaku.
"Iya, hanya hari senin saja" jawab pak satpam.
"Dia setiap hari senin rutin kesini. Untuk membersihkan halaman. Orangnya sangat rajin" lanjutnya. Aku tambah merasa bingung aku tak tau apa maksudnya.
"Aku tak mengerti" kataku. Aku benar-benar tak mengerti.
"Temui saja dirumahnya. Rumahnya dibelakang sekolah ini." Kata pak satpam itu. Oh tuhan, aku tak mungkin kerumahnya. Rumahnya pasti sangat kotor dan bau. Apalagi pasti akan ada banyak sampah disana. Itu sangat menjijikkan.
Tapi kalo aku tak kesana bagaimana dengan tugasku. Aku tak mungkin mendapatkan nilai. Raporku akan kosong, dan itu sangat kejam bagiku.
Aku berjalan meninggalkan pak satpam itu. Aku keluar gerbang. Kenapa aku merasa sangat lelah. Padahal aku belum melakukan apa-apa. Lebih baik aku duduk dulu dibawah pohon itu, dan membaca buku diary ini. Aku duduk dan mulai membuka buku diary itu.
Mawar.
Maafkan aku ibu, dari dulu sampai sekarang. Aku hanya dapat membelikan satu tangkai bunga mawar dihari ulangtahun ibu. Aku belum bisa menepati janjiku.
Aku berjanji ibu, aku akan membelikan 10 tangkai bunga mawar untuk ibu di tabun ini. Aku masih ingat ibu. Ibu pergi menginggalkanku dihari ulang tahun ibu. Dan tahun ini adalah 10 tahun ibu meninggalkanku.
20 april 2000, aku berjanji.
Mila sayang ibu ðŸ˜
"Mila? Namanya mila" kataku dalam hati. Fikiranku menuju ke 10 tahun lalu. Waktu aku berjalan-jalan dipinggir kota. Pamanku menabrak seorang pemulung. Aku dan ayahku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri. Ibu itu menyebut nama mila. Ya, nama mila. Jangan-jangan, sudahlah mungkin itu hanya perasaanku saja.
Oh, ini tanggal 20 april 2000. Jadi hari ini. Aku harus kesana. Aku berjalan menuju kebelakang sekolah. Ya disini ada satu rumah. Tetapi rumah ini sangat bersih, tidak ada sampah sama sekali. Tak ada botol-botol disini, tak ada bau yang menjijikkan disini. Aku melihat satu tangkai bunga mawar dimeja.
Aku menuju kerumahnya aku mengetuk pintu. Dan berkata.
"Permisi" kataku. Dia membukakan pintu. Ternyata dia tak sejelek yang aku bayangkan.
"Ada yang bisa saya bantu?" Katanya.
"Aku dapat tugas dari bu hanif untuk mewawancarai seorang pemulung. Apa kau mau membantuku" tanyaku.
"Baiklah, silahkan masuk" jawabnya, akupun duduk. Dia duduk disampingku. Aku mengeluarkan hanphone untuk merekan jawabannya.
"Siap?" Tanyaku. Dia mengangguk. Akupun memulai pertanyaan.
"Apa pekerjaan ini sangat menguntungkan?" Tanyaku.
"Tak begitu menguntungkan bagi orang lain. Tapi sangat menguntungkan bagiku" jawabnya.
"Kenapa begitu?" Tanyaku.
"Karena pekerjaan ini mampu membuatku bertahan hidup. Walaupun hanya cukup untuk makan sehari-hari" jawabnya.
"Kenapa tidak cari pekerjaan yang lebih menguntungkan. Seperti penjaga toko atau apalah?" Tanyaku.
"Tidak" jawabnya singkat.
"Kenapa begitu ?" Tanyaku.
"Pekerjaan ini sangat berarti bagi ibuku. Dia menghidupiku sejak aku masih dikandung, dan sudah di dunia ini. Dengan pekerjaan ini. Aku tak mungkin meninggalkan pekerjaan ini" jawabnya.
"Walaupun aku tau, itu sangat menjijikkan bagi orang lain. Aku tau kamupun merasa jijik. Tak usah menutupinya semua orangpun tau. Kalo pekerjaan ini sangat jorok. Tapi ini salah satu dari kehidupanku. Tanpa ini aku tak ada disini. Aku tak mungkin lahir didunia. Ini pekerjaan sulit, tapi mudah untukku. Karena ini sudah masuk kedalam darahku" lanjutnya.
"Kalo tidak salah kau sering kesekolah" tanyaku.
"Ya, aku punya pekerjaan sampingan disana. Menjadi pembersih kebun. Tapi hanya hari senin. Untuk mengantikan kakekku. Karena setiap hari senin dia slalu termenung dirumah" jawabnya.
"Apa kau tak sekolah" tanyaku.
"Tidak. Untuk bisa bertahan hidup, itu saja aku sudah senang. Jadi tak perlu untuk sekolah" jawabnya.
"Sekolah itu penting" kataku.
"Penting untuk kalian yang bisa bertahan hidup tanpa susah payah. Bukan aku" jawabnya.
"Kenapa kakekmu termenung" tanyaku.
"Itu masalah keluargaku" jawabnya.
"Kenapa kau tak mengalahkan ibumu. Kenapa dia tak menyekolahkanmu?" Kataku. Aku kesal dengan perkataannya.
"Kau tau apa tentang ibuku. Aku tak mengenalmu sebelumnya" sepertinya dia mulai marah.
"Maaf" kataku.
"Tak perlu minta maaf. Sudah pergilah, kau sudah dapat apa yang kau inginkan" katanya, mengusirku. Oh, menyebalkan.
"Maaf dimana ibumu" tanyaku.
"Pergilah. Kau tak perlu tau" katanya.
"Kau mila ?" Tanyaku. Dia terkejut. Mungkin dia tak tau kalo aku tau namanya.
"Ini. Kau menjatuhkan ini tadi" lanjutku. Sambil mengulurkan buku diary itu. Dia mengambilnya.
"Aku hanya ingin tau. Kenapa dengan ibumu?" Tanyaku. Tatapannya menerawang jauh kemasalalu.
"20 april 1990 aku berumur 7 tahun. Saat itu aku sakit, jadi aku tak ikut ibuku mencari botol bekas dipinggir kota. Aku dirumah, tetapi entah kenapa aku slalu khawatir. Sampai malam aku tak melihat ibuku, ibuku belum pulang. Dan..." kata-katanya berhenti, dia meneteskan air mata.
"Dan kenapa?" Tanyaku penasaran.
"Aku tak tau. Aku tak bisa" jawabnya.
"Percayalah. Kau bisa" kataku.
"Kenapa kau slalu memaksaku" tanyanya.
"Aku hanya ingin kebenaran" kataku.
"Pergilah" katanya.
"Aku sayang pada ibuku. Aku tak malu menceritakan ibuku. Kenapa kau tidak. Ibuku baik, aku yakin ibumu juga" kataku.
"Ibumu masih hidup?" Tanyanya.
"Masih" jawabku.
"Kita sama" lanjutku.
"Kau salah! Kita berbeda. Kita sangat berbeda. Kau punya ibu, aku tak punya" katanya.
"Kau tau apa yang terjadi. Keesokan harinya ibuku pulang dengan keadaan tak bernyawa. Kakekku menemukannya tergeletak dipinggir kota. Orang macam apa yang telah membunuh orang yang sudah kesusahan seperti ibuku. Aku masih bisa memaafkan dia, jika dia mau tanggung jawab. Tapi apa, orang kaya seperti mereka memang tak punya hati" lanjutnya. Dia sangat marah, tapi air matanya tak berhenti mengalir.
"Pergilah. Aku tak mau melihat orang kaya dihadapanku. Pergilah" katanya. Aku tau dia pasti sangat rapuh saat ini, aku berlari menuju kerumahku. Pamanku sangat keterlaluan. Aku kasian pada anak itu. Aku tau bagaimana rasanya. Aku tau. Aku hanya berlari dengan manangis. Aku tak tau apa yang telah kuperbuat. Aku tak bersalah, tetapi aku merasa. Akulah yang salah.
Aku membuka pintu rumah dengan kencang. Aku melihat ayahku duduk dikursi, dia mengulurkan sebuah kertas.
"Ayah kenapa?" Tanyaku, aku sangat khawatir.
"Pamanmu..." kata ayah lemah. Aku mengambil kertas itu.
"Ayah tak tau harus bagaimana lagi. Itu pesan terakhir pamanmu. Dia sudah pergi" lanjut ayahku. Aku membuka dan membacanya.
Aku minta tolong. Aku sangat menyesal. Selama 10 tahun ini, aku hidup dengan rasa bersalah. Aku tau umurku tak lama lagi. Aku hanya ingin bertanggung jawab. Tolong belikan hadiah yang disukai anak pemulung itu. Penuhi kebutuhannya. Dan sampaikan maafku padanya.
Aku benar-benar memohon padamu
Terimakasih
"Ayah tak tau harus kemana. Ternyata itu impian pamanmu" kata ayahku.
"Aku tau ayah. Berikan uangnya padaku. Aku akan kesana" kataku. Ayah memberikan uang 20 juta kepadaku. Aku berlari menuju ketoko bunga untuk membeli 10 tangkai bunga mawar. Aku berlari menuju ke makam.
Aku melihat mila disana. Dia memegang nisan ibunya. Aku bersembunyi dibalik pohon. Oh aku lupa, aku menulis surat.
Maafkan aku, aku sangat menyesal. Aku yang menabrak ibumu. Terimalah ini, hadiah untuk ibumu. Aku baru bisa bertanggung jawab sekarang. Karena aku tak tau dimana rumahmu.
Maafkan aku.
Itu pamanku. Dia meninggal hari ini. Aku mohon maafkan dia.
Terimakasih.
"Aku mau mengambil buku pemberian ibu" katanya. Mila langsung pergi meninggalkan makam ibunya. Aku buru-buru menaruh surat, uang dan bunga itu dimakam.
"Tante. Maafkan pamanku, dia sudah menyesali semuanya. Sekarang paman sudah pergi. Dia sudah tiada. Maafkan dia" aku tak dapat menahan air mata ini. Aku segera bersembunyi lagi. Aku tak mau mila tau tentang ini.
Mila datang dengan membawa diary. Dia melihat semua barang itu. Dia membuka surat itu. Dia tersenyum. Lalu berkata.
"Aku sudah memaafkan dia ibu. Dia akan tenang bersama ibu" langsung memeluk nisan ibunya.
Oh tuhan, betapa baik hati wanita itu. Paman aku sudah mewujudkan impian paman. Semoga paman tenang disana.
Terimakasih tuhan.
"Siapa yang suruh kamu duduk?" Kata bu hanif. Aku terkejut, aku mengeluarkan nafas itu.
"Maaf bu, saya terlambat" jawabku sambil menatap kebawah.
"Saya sudah tau itu, seisi kelaspun tau kalo kamu terlambat" katanya dengan nada keras.
"Lebih baik kamu tidur saja lagi dirumah. Tak perlu mengikuti pelajaran saya" lanjutnya.
"Tapi bu..." belum selesai aku berbicara. Bu hanif sudah memotongnya.
"Tak perlu tapi-tapi. Saya minta kamu keluar" jawabnya dengan nada keras. Nampak sekali kalo dia sedang marah. Akupun menurutinya, aku keluar dari kelas itu. Di depan pintu kelas, aku dipanggil oleh bu hanif.
"Siska" akupun berbalik badan.
"Sebagai gantinya aku ingin kau membuat wawancara dengan seorang pemulung" lanjutnya. Aku terkejut, aku sangat jijik dengan pemulung.
"Tapi bu, jangan pemulung yang lain aja. Seperti penjual buah, kue. Pemilik restoran, hotel..." belum selesai aku bicara. Bu niken sudah memotongnya.
"Cukup" katanya dengan nada keras.
"Pemulung atau nilai rapot kamu kosong" lanjutnya. Aku terdiam. Aku benci dengan pemulung, dia sangat jorok. Wajahnya, bajunya. Oh, sangat menjijikkan.
"Saya kasih waktu kamu 2 hari. Besok rabu kamu harus mengumpulkannya" kata bu hanif.
"Kalau hari rabu dimeja saya belum ada tugas kamu. Nilai rapot kamu kosong" lanjutnya.
"Baiklah bu" jawabku. Ya, walaupun terpaksa. Bahkan sangat terpaksa. Aku meninggalkan kelas itu. Aku tak tau harus kemana mencari seorang pemulung.
Ada seorang wanita, dia menjatuhkan sebuah buku tua. Buku itu lusuh. Aku mendekati buku itu. Aku mengambilnya, buku inj seperti buku diary.
"Hay, kau menjatuhkan bukumu" kataku sambil mengulurkan bukunya. Tetapi dia sudah tiada, dia sudah hilang. Aku ingin mencoba membuka buku itu.
"Ada apa?" Kata pak satpam penjaga sekolah. Bertanya kepadaku.
"Wanita tadi menjatuhkan buku ini" jawabku dan menunjukkan buku itu.
"Oh, dia. Pemulung itu maksudmu ?" Kata pak satpam.
"Pemulung?" Tanyaku heran, mana mungkin seorang pemulung menulis diary.
"Ya, dia seorang pemulung. Apa kau mau mengembalikannya. Rumahnya tak jauh dari sini" jawabnya.
"Apa dia sering kesini" tanyaku.
"Iya, hanya hari senin saja" jawab pak satpam.
"Dia setiap hari senin rutin kesini. Untuk membersihkan halaman. Orangnya sangat rajin" lanjutnya. Aku tambah merasa bingung aku tak tau apa maksudnya.
"Aku tak mengerti" kataku. Aku benar-benar tak mengerti.
"Temui saja dirumahnya. Rumahnya dibelakang sekolah ini." Kata pak satpam itu. Oh tuhan, aku tak mungkin kerumahnya. Rumahnya pasti sangat kotor dan bau. Apalagi pasti akan ada banyak sampah disana. Itu sangat menjijikkan.
Tapi kalo aku tak kesana bagaimana dengan tugasku. Aku tak mungkin mendapatkan nilai. Raporku akan kosong, dan itu sangat kejam bagiku.
Aku berjalan meninggalkan pak satpam itu. Aku keluar gerbang. Kenapa aku merasa sangat lelah. Padahal aku belum melakukan apa-apa. Lebih baik aku duduk dulu dibawah pohon itu, dan membaca buku diary ini. Aku duduk dan mulai membuka buku diary itu.
Mawar.
Maafkan aku ibu, dari dulu sampai sekarang. Aku hanya dapat membelikan satu tangkai bunga mawar dihari ulangtahun ibu. Aku belum bisa menepati janjiku.
Aku berjanji ibu, aku akan membelikan 10 tangkai bunga mawar untuk ibu di tabun ini. Aku masih ingat ibu. Ibu pergi menginggalkanku dihari ulang tahun ibu. Dan tahun ini adalah 10 tahun ibu meninggalkanku.
20 april 2000, aku berjanji.
Mila sayang ibu ðŸ˜
"Mila? Namanya mila" kataku dalam hati. Fikiranku menuju ke 10 tahun lalu. Waktu aku berjalan-jalan dipinggir kota. Pamanku menabrak seorang pemulung. Aku dan ayahku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri. Ibu itu menyebut nama mila. Ya, nama mila. Jangan-jangan, sudahlah mungkin itu hanya perasaanku saja.
Oh, ini tanggal 20 april 2000. Jadi hari ini. Aku harus kesana. Aku berjalan menuju kebelakang sekolah. Ya disini ada satu rumah. Tetapi rumah ini sangat bersih, tidak ada sampah sama sekali. Tak ada botol-botol disini, tak ada bau yang menjijikkan disini. Aku melihat satu tangkai bunga mawar dimeja.
Aku menuju kerumahnya aku mengetuk pintu. Dan berkata.
"Permisi" kataku. Dia membukakan pintu. Ternyata dia tak sejelek yang aku bayangkan.
"Ada yang bisa saya bantu?" Katanya.
"Aku dapat tugas dari bu hanif untuk mewawancarai seorang pemulung. Apa kau mau membantuku" tanyaku.
"Baiklah, silahkan masuk" jawabnya, akupun duduk. Dia duduk disampingku. Aku mengeluarkan hanphone untuk merekan jawabannya.
"Siap?" Tanyaku. Dia mengangguk. Akupun memulai pertanyaan.
"Apa pekerjaan ini sangat menguntungkan?" Tanyaku.
"Tak begitu menguntungkan bagi orang lain. Tapi sangat menguntungkan bagiku" jawabnya.
"Kenapa begitu?" Tanyaku.
"Karena pekerjaan ini mampu membuatku bertahan hidup. Walaupun hanya cukup untuk makan sehari-hari" jawabnya.
"Kenapa tidak cari pekerjaan yang lebih menguntungkan. Seperti penjaga toko atau apalah?" Tanyaku.
"Tidak" jawabnya singkat.
"Kenapa begitu ?" Tanyaku.
"Pekerjaan ini sangat berarti bagi ibuku. Dia menghidupiku sejak aku masih dikandung, dan sudah di dunia ini. Dengan pekerjaan ini. Aku tak mungkin meninggalkan pekerjaan ini" jawabnya.
"Walaupun aku tau, itu sangat menjijikkan bagi orang lain. Aku tau kamupun merasa jijik. Tak usah menutupinya semua orangpun tau. Kalo pekerjaan ini sangat jorok. Tapi ini salah satu dari kehidupanku. Tanpa ini aku tak ada disini. Aku tak mungkin lahir didunia. Ini pekerjaan sulit, tapi mudah untukku. Karena ini sudah masuk kedalam darahku" lanjutnya.
"Kalo tidak salah kau sering kesekolah" tanyaku.
"Ya, aku punya pekerjaan sampingan disana. Menjadi pembersih kebun. Tapi hanya hari senin. Untuk mengantikan kakekku. Karena setiap hari senin dia slalu termenung dirumah" jawabnya.
"Apa kau tak sekolah" tanyaku.
"Tidak. Untuk bisa bertahan hidup, itu saja aku sudah senang. Jadi tak perlu untuk sekolah" jawabnya.
"Sekolah itu penting" kataku.
"Penting untuk kalian yang bisa bertahan hidup tanpa susah payah. Bukan aku" jawabnya.
"Kenapa kakekmu termenung" tanyaku.
"Itu masalah keluargaku" jawabnya.
"Kenapa kau tak mengalahkan ibumu. Kenapa dia tak menyekolahkanmu?" Kataku. Aku kesal dengan perkataannya.
"Kau tau apa tentang ibuku. Aku tak mengenalmu sebelumnya" sepertinya dia mulai marah.
"Maaf" kataku.
"Tak perlu minta maaf. Sudah pergilah, kau sudah dapat apa yang kau inginkan" katanya, mengusirku. Oh, menyebalkan.
"Maaf dimana ibumu" tanyaku.
"Pergilah. Kau tak perlu tau" katanya.
"Kau mila ?" Tanyaku. Dia terkejut. Mungkin dia tak tau kalo aku tau namanya.
"Ini. Kau menjatuhkan ini tadi" lanjutku. Sambil mengulurkan buku diary itu. Dia mengambilnya.
"Aku hanya ingin tau. Kenapa dengan ibumu?" Tanyaku. Tatapannya menerawang jauh kemasalalu.
"20 april 1990 aku berumur 7 tahun. Saat itu aku sakit, jadi aku tak ikut ibuku mencari botol bekas dipinggir kota. Aku dirumah, tetapi entah kenapa aku slalu khawatir. Sampai malam aku tak melihat ibuku, ibuku belum pulang. Dan..." kata-katanya berhenti, dia meneteskan air mata.
"Dan kenapa?" Tanyaku penasaran.
"Aku tak tau. Aku tak bisa" jawabnya.
"Percayalah. Kau bisa" kataku.
"Kenapa kau slalu memaksaku" tanyanya.
"Aku hanya ingin kebenaran" kataku.
"Pergilah" katanya.
"Aku sayang pada ibuku. Aku tak malu menceritakan ibuku. Kenapa kau tidak. Ibuku baik, aku yakin ibumu juga" kataku.
"Ibumu masih hidup?" Tanyanya.
"Masih" jawabku.
"Kita sama" lanjutku.
"Kau salah! Kita berbeda. Kita sangat berbeda. Kau punya ibu, aku tak punya" katanya.
"Kau tau apa yang terjadi. Keesokan harinya ibuku pulang dengan keadaan tak bernyawa. Kakekku menemukannya tergeletak dipinggir kota. Orang macam apa yang telah membunuh orang yang sudah kesusahan seperti ibuku. Aku masih bisa memaafkan dia, jika dia mau tanggung jawab. Tapi apa, orang kaya seperti mereka memang tak punya hati" lanjutnya. Dia sangat marah, tapi air matanya tak berhenti mengalir.
"Pergilah. Aku tak mau melihat orang kaya dihadapanku. Pergilah" katanya. Aku tau dia pasti sangat rapuh saat ini, aku berlari menuju kerumahku. Pamanku sangat keterlaluan. Aku kasian pada anak itu. Aku tau bagaimana rasanya. Aku tau. Aku hanya berlari dengan manangis. Aku tak tau apa yang telah kuperbuat. Aku tak bersalah, tetapi aku merasa. Akulah yang salah.
Aku membuka pintu rumah dengan kencang. Aku melihat ayahku duduk dikursi, dia mengulurkan sebuah kertas.
"Ayah kenapa?" Tanyaku, aku sangat khawatir.
"Pamanmu..." kata ayah lemah. Aku mengambil kertas itu.
"Ayah tak tau harus bagaimana lagi. Itu pesan terakhir pamanmu. Dia sudah pergi" lanjut ayahku. Aku membuka dan membacanya.
Aku minta tolong. Aku sangat menyesal. Selama 10 tahun ini, aku hidup dengan rasa bersalah. Aku tau umurku tak lama lagi. Aku hanya ingin bertanggung jawab. Tolong belikan hadiah yang disukai anak pemulung itu. Penuhi kebutuhannya. Dan sampaikan maafku padanya.
Aku benar-benar memohon padamu
Terimakasih
"Ayah tak tau harus kemana. Ternyata itu impian pamanmu" kata ayahku.
"Aku tau ayah. Berikan uangnya padaku. Aku akan kesana" kataku. Ayah memberikan uang 20 juta kepadaku. Aku berlari menuju ketoko bunga untuk membeli 10 tangkai bunga mawar. Aku berlari menuju ke makam.
Aku melihat mila disana. Dia memegang nisan ibunya. Aku bersembunyi dibalik pohon. Oh aku lupa, aku menulis surat.
Maafkan aku, aku sangat menyesal. Aku yang menabrak ibumu. Terimalah ini, hadiah untuk ibumu. Aku baru bisa bertanggung jawab sekarang. Karena aku tak tau dimana rumahmu.
Maafkan aku.
Itu pamanku. Dia meninggal hari ini. Aku mohon maafkan dia.
Terimakasih.
"Aku mau mengambil buku pemberian ibu" katanya. Mila langsung pergi meninggalkan makam ibunya. Aku buru-buru menaruh surat, uang dan bunga itu dimakam.
"Tante. Maafkan pamanku, dia sudah menyesali semuanya. Sekarang paman sudah pergi. Dia sudah tiada. Maafkan dia" aku tak dapat menahan air mata ini. Aku segera bersembunyi lagi. Aku tak mau mila tau tentang ini.
Mila datang dengan membawa diary. Dia melihat semua barang itu. Dia membuka surat itu. Dia tersenyum. Lalu berkata.
"Aku sudah memaafkan dia ibu. Dia akan tenang bersama ibu" langsung memeluk nisan ibunya.
Oh tuhan, betapa baik hati wanita itu. Paman aku sudah mewujudkan impian paman. Semoga paman tenang disana.
Terimakasih tuhan.
Senin, 24 September 2018
Persahabatan
Sahabat
Saat aku susah
Yang lain menjauh
Kau mendekat
Sahabat
Saat aku bahagia
Yang lain tersiksa
Kau bahagia
Sahabat tak mudah dipisahkan
Sahabat tak mudah diprovokasi
Sahabat tak mudah menyalahkan
Karna saat aku salah kau juga merasa salah
Mungkin memang benar
Hanya maut yang memisahkan
Tetapi walau didalam alam yang berbeda
Persahabatan tetaplah persahabatan
Walaupun tak bisa bertatap muka
Persahabatan tetaplah bersama
Tetaplah saling mendukung
Sampai bertemu dialam yang sama
Saat aku susah
Yang lain menjauh
Kau mendekat
Sahabat
Saat aku bahagia
Yang lain tersiksa
Kau bahagia
Sahabat tak mudah dipisahkan
Sahabat tak mudah diprovokasi
Sahabat tak mudah menyalahkan
Karna saat aku salah kau juga merasa salah
Mungkin memang benar
Hanya maut yang memisahkan
Tetapi walau didalam alam yang berbeda
Persahabatan tetaplah persahabatan
Walaupun tak bisa bertatap muka
Persahabatan tetaplah bersama
Tetaplah saling mendukung
Sampai bertemu dialam yang sama
Keindahan dibalik senja
Hari ini hari yang ditunggu-tunggu oleh nafa dan teman-temannya. Mereka akan berkemah dipuncak. Sudah lama mereka tak kesana. Biasanya setiap 6 bulan sekali mereka berkemah ditempat indah itu. Tetapi karna kesibukan mereka, sudah 2 tahun ini mereka tak melewati bersama. Ya, inilah saatnya untuk bertemu kawan lama.
"Tuuuut" hanphone nafa berbunyi,ia menggangkatnya.
"Hallo" kata nafa.
"Aku udah didepan fa, kamu keluar gih" kata kelli.
"Oke" jawab nafa langsung menutup telfonnya. Nafapun keluar dari rumah.
"Pagi kelli" sapa nafa, langsung memeluk kelli. Maklumlah, kawan lama.
"Ehem" kata aira, yang tak disadari kehadirannya.
"Lho, aira. Apa kabar ?" Katanya langsung memeluk aira, saat nafa sadar bahwa disitu juga sudah ada aira.
"Baik kok fa" kata aira sambil mencubit pipi nafa.
"Eh, tunggu. Wina dan ana mana?" Tanya nafa sambil mencari-cari disekitarnya.
"Dia di...." belum selesai kelli berkata sudah dipotong oleh aira.
"Tebak deh fa"
"Aku mikir dulu ya" jawab nafa pura-pura berfikir.
"Waduh, apaan sih fa. Kayak bisa mikir aja" kata aira mulai dengan keisengannya.
"Yah, udah nggak lola lagi aku" kata nafa sambil mengeluarkan lidahnya.
"Pasti mereka belum datang kan" lanjut nafa dengan PDnya. Tiba-tiba kaca mobil terbuka.
"Enak aja loe, gue nungguin lama keles" kata wina.
"Eh" kata nafa karena kaget. Ana melihat jam.
"Kayake nggak lama deh win. Kan dari kita berempat, kamu yang paling lama dateng" kata ana dengan polosnya.
"Hahaha. Ana masih polos" kata kelli.
"Kamu lupa rencana kita na" kata wina. Ana mencoba berfikir.
"Rencana yang mana?" Tanya ana bingung.
"Aku juga udah lupa kok" kata wina bete.
"Hahaha, lupakan. Ayo berangkat" kata nafa menengahi. Nafa, kelli, dan airapun segera masuk kedalam mobil. Mereka segera berangkat. Didalam perjalanan mereka hanya bercanda. Dan melepaskan untaian kata yang tidak begitu bermakna. Ya, cerita yang takkan ada akhirnya. Itulah cerita yang takkan ada akhirnya. Itulah cerita yang selalu diceritakan oleh ana. Ya, dia memang konyol. Tapi itulah yang dicintai dari ana oleh sahabat-sahabatnya.
Entah mengapa fikiran nafa menjadi tak enak. Dia membuka tas, dan mencari-cari apa yang terlupa. Aira heran melihat nafa.
"Ada apa fa?" Tanya ana.
"Ngecek aja sih ra, kayaknya ada yang ketinggalan" jawab nafa.
"Terus ada yang ketinggalan nggak?" Tanya wina.
"Kayaknya ada deh win, tapi aku nggak tau apa" jawab nafa dengan cemas. Ana melihat kebelakang (bagasi mobil), langsung berkata.
"Lho kok kopernya cuma 4 sih, kan kita berlima" katanya dengan heran.
"Koperku" teriak nafa dengan paniknya. Kelli menghentikan mobil secara mendadak, karen kaget.
"Apaan sih fa, tenang kan juga bisa. Hampir saja" kata kelli dengan betenya.
"Maaf" kata nafa dengan menunduk.
"Bener kopermu tertinggal ?" Tanya aira kepada nafa. Nafa mengangguk.
"Terus gimana puter balik ?" Kata kelli.
"Iyalah kel, trus kalo nggak balik aku nggak bawa perlengkapan apa-apa kelli" jawab nafa.
"Aduh fa, udah jauh" kata ana mengeluh.
"Yaudah deh. Puter balik aja" kata kelli langsung puter balik.
"Nafa konyollah" kata ana dengan sebelnya. Semua tatapan mata tertuju pada ana. Begitupun dengan kelli yang sedang mengemudikan mobil, dia melihat dari kaca yang terletak diatasnya.
"Kenapa?" Kata ana heran.
"Yang konyol kamu bukan aku" jawab nafa.
"Iya nih, apaan sih ana. Yang konyol itu kamu" kata wina, ikut menyalahkan ana.
"Ana tu apaan, kamu yang konyol" kata aira, kellipun juga tak mau kalah.
"Pokoknya ana yang konyol" katanya langsung tertawa.
"Baiklah" kata ana.
"Aku memang slalu salah, oke" lanjutnya mengalah dengan wajah melas.
"Hahaha" teman-temannya tertawa bahagia. Tak lama kemudian sampailah dirumah nafa. Nafa segera keluar dan masuk kedalam rumah. Ibunya sedang menyapu ruang keluarga.
"Ibu" kata nafa saat sadar ibunya ada dirumah. Ibu nafa melihat nafa.
"Kenapa pulang lagi fa, nggak jadi pergi ?" Tanya ibunya.
"Koperku tertinggal bu" jawab nafa langsung naik ke atas.
"Bagaimana bisa tertinggal fa, kamu itu ceroboh" kata ibunya.
"Namanya juga manusia" teriak nafa dari atas. Nafa lalu masuk kedalam kamar mengambil koper, lalu menuju kebawah. Nafa keluar rumah dengan berlari kecil.
"Hati-hati fa, ibu baru saja selesai mengepelnya" kata ibunya mengingatkan.
"Iy..." nafa terpeleset.
"Aduh" katanya merintih kesakitan sambil memegang kaki.
"Nafa" teriak ibunya langsung menuju keteras.
"Nafa, kamu nggak apa-apa kan ?" Tanya kelli yang sejak tadi menunggu diteras, sambil membantunya berdiri.
"Ibu kan sudah bilang hati-hati, kamu itu ceroboh" kata ibunya dengan cemas.
"Kamu nggak apa-apa kan ?" Lanjutnya.
"Nggak apa-apa kok bu, nafa berangkat dulu ya ?" Kata nafa.
"Lebih baik besok, ini sudah hampir senja" kata ibu nafa.
"Tapi bu" kata nafa cemberut.
"Tapi apa, kamu itu ceroboh. Pergi saat senja itu berbahaya" kata ibu nafa. Nafa melihat teman-temannya.
"Baiklah" kata nafa.
"Tapi aku ingin sekarang" kata nafa memohon. Ibunya luluh. Bagaimana tidak, nafa adalah anak satu-satunya jadi tidak heran kalo dia terlalu dimanja. Nafa mengulurkan tangannya.
"Hati-hati sayang" kata ibunya, juga mengulurkan tangan. Mereka berjabat tangan, nafa mencium tangan ibunya. Ibu nafa mencium kening nafa. Kellipun berpamitan, begitu pula teman-teman nafa yang berada didalam mobil. Mereka keluar dulu untuk berpamitan.
Setelah berpamitan merekapun segera masuk kemobil. Nafa melambaikan tangan begitu juga dengan ibunya.
"Fa, kamu nggak apa-apa kan ?" Tanya wina.
"Nggak apa-apa kok" jawab nafa.
"Kamu kok sedih ?" Tanya aira kepada nafa.
"Nggak apa-apa kok" jawab nafa.
"Nafa tenang aja, kita akan slalu ada buat kamu kok" kata kelli sambil tersenyum.
"Kalo kamu takut, aku akan meluk kamu kayak gini" kata ana langsung memeluk nafa.
"Aku juga" kata wina juga memeluk nafa.
"Aku jauh" kata aira sambil cemberut, karena dia berada disamping kelli.
"Kalo aku nggak bisa" kata kelli yang sedang mengemudikan mobil.
"Tapi aku kan slalu ada kok, buat kalian" lanjutnya.
"Hahaha, aku sayang kalian" kata nafa sambil tersenyum.
"Kita itu apa?" Lanjutnya.
"Kawan" jawab jawab kelli, ana, wina, dan aira serentak.
"Hahaha" mereka tertawa bersama. Bercanda tawa bersama sahabat, itulah yang paling indah.
"Win, kok nggak bisa direm" kata kelli panik.
"Kelli pelan-pelan dong" kata aira ketakutan. Mereka berteriak ketika mobil itu menabrak sebuah pohon.
"Wina" kata nafa sambil mengoyangkan badan wina yang sudah terselimuti darah. Nafa melihat orang-orang disekitarnya yang bersimpah darah. Dia memegang kepalanya. Tangannya bersimpah darah. Dia memegang kepalanya. Tangannya bersimpah darah, kepalanya sangat sakit. Rasa sakit itu membuatnya tak sadarkan diri.
Saat nafa terbangun dia sudah berada dirumah sakit. Nafa melihat sekelilingnya, tak ada siapapun. Dimana wina, dimana ana, dimana kelli dan aira. Mengapa mereka tak disini. Ada seorang perempuan yang masuk keruangan ini, dia seorang perawat.
"Selamat sore" katanya. Nafa masih terdiam, dia masih bingung. Dia ingin berbicara, tapi entah mengapa tidak terdengar suara apapun. Perawat itu keluar setelah memeriksa keadaannya. Nafa slalu mencoba untuk berbicara, tapi tak pernah terdengar. Ia panik, apa yang terjadi? Apa apa ini ?. Dia menangis, teriak sekencang mungkin tapi tak ada seorangpun yang mendengar.
"Apa yang terjadi? Kenapa ini terjadi ? Dimana suaraku ? Dimana?" Teriaknya tak berhenti diiringi dengan derasnya tetesan air mata.
"Kenapa aku disini sendirian ? Dimana teman-temanku? Dimana mereka?" Teriaknya lagi.
"Wina!"
"Aira!"
"Ana!"
"Kelli!" Katanya menangis.
"Dimana kalian" teriaknya lagi. Tiba-tiba teman-temannya berada disampingnya. Nafa bingung, kenapa mereka cepat sekali. Wina, aira, ana dan kelli langsung memeluk nafa. Nafa sangat merasa nyaman saat itu. Pelukan itu membuat nafa lupa akan suaranya. Sampai ia tertidur lelap.
Nafa tak pernah tau, bahwa teman-temannya itu sudah beda alam dengannya. Hari demi hari dilewati dengan terapi untuk mengembalikan suaranya. Semua cobaan berat itu, tak pernah ia pedulikan. Karna nafa tak pernah sendiri. Teman-temannya slalu ada untuknya. Justru, cobaan dan pelukan itu adalah hal terindah yang terjadi.
Berbulan-bulan hal itu terjadi. Hari demi hari nafa semakin membaik. Mungkin sebentar lagi dia akan bisa berbicara lagi. Tapi entah sampai kapan ia menganggap temannya masih hidup. Tidak ada yang tau tentang itu. Yang dapat diketahui adalah pertemanan mereka yang sejati.
"Tuuuut" hanphone nafa berbunyi,ia menggangkatnya.
"Hallo" kata nafa.
"Aku udah didepan fa, kamu keluar gih" kata kelli.
"Oke" jawab nafa langsung menutup telfonnya. Nafapun keluar dari rumah.
"Pagi kelli" sapa nafa, langsung memeluk kelli. Maklumlah, kawan lama.
"Ehem" kata aira, yang tak disadari kehadirannya.
"Lho, aira. Apa kabar ?" Katanya langsung memeluk aira, saat nafa sadar bahwa disitu juga sudah ada aira.
"Baik kok fa" kata aira sambil mencubit pipi nafa.
"Eh, tunggu. Wina dan ana mana?" Tanya nafa sambil mencari-cari disekitarnya.
"Dia di...." belum selesai kelli berkata sudah dipotong oleh aira.
"Tebak deh fa"
"Aku mikir dulu ya" jawab nafa pura-pura berfikir.
"Waduh, apaan sih fa. Kayak bisa mikir aja" kata aira mulai dengan keisengannya.
"Yah, udah nggak lola lagi aku" kata nafa sambil mengeluarkan lidahnya.
"Pasti mereka belum datang kan" lanjut nafa dengan PDnya. Tiba-tiba kaca mobil terbuka.
"Enak aja loe, gue nungguin lama keles" kata wina.
"Eh" kata nafa karena kaget. Ana melihat jam.
"Kayake nggak lama deh win. Kan dari kita berempat, kamu yang paling lama dateng" kata ana dengan polosnya.
"Hahaha. Ana masih polos" kata kelli.
"Kamu lupa rencana kita na" kata wina. Ana mencoba berfikir.
"Rencana yang mana?" Tanya ana bingung.
"Aku juga udah lupa kok" kata wina bete.
"Hahaha, lupakan. Ayo berangkat" kata nafa menengahi. Nafa, kelli, dan airapun segera masuk kedalam mobil. Mereka segera berangkat. Didalam perjalanan mereka hanya bercanda. Dan melepaskan untaian kata yang tidak begitu bermakna. Ya, cerita yang takkan ada akhirnya. Itulah cerita yang takkan ada akhirnya. Itulah cerita yang selalu diceritakan oleh ana. Ya, dia memang konyol. Tapi itulah yang dicintai dari ana oleh sahabat-sahabatnya.
Entah mengapa fikiran nafa menjadi tak enak. Dia membuka tas, dan mencari-cari apa yang terlupa. Aira heran melihat nafa.
"Ada apa fa?" Tanya ana.
"Ngecek aja sih ra, kayaknya ada yang ketinggalan" jawab nafa.
"Terus ada yang ketinggalan nggak?" Tanya wina.
"Kayaknya ada deh win, tapi aku nggak tau apa" jawab nafa dengan cemas. Ana melihat kebelakang (bagasi mobil), langsung berkata.
"Lho kok kopernya cuma 4 sih, kan kita berlima" katanya dengan heran.
"Koperku" teriak nafa dengan paniknya. Kelli menghentikan mobil secara mendadak, karen kaget.
"Apaan sih fa, tenang kan juga bisa. Hampir saja" kata kelli dengan betenya.
"Maaf" kata nafa dengan menunduk.
"Bener kopermu tertinggal ?" Tanya aira kepada nafa. Nafa mengangguk.
"Terus gimana puter balik ?" Kata kelli.
"Iyalah kel, trus kalo nggak balik aku nggak bawa perlengkapan apa-apa kelli" jawab nafa.
"Aduh fa, udah jauh" kata ana mengeluh.
"Yaudah deh. Puter balik aja" kata kelli langsung puter balik.
"Nafa konyollah" kata ana dengan sebelnya. Semua tatapan mata tertuju pada ana. Begitupun dengan kelli yang sedang mengemudikan mobil, dia melihat dari kaca yang terletak diatasnya.
"Kenapa?" Kata ana heran.
"Yang konyol kamu bukan aku" jawab nafa.
"Iya nih, apaan sih ana. Yang konyol itu kamu" kata wina, ikut menyalahkan ana.
"Ana tu apaan, kamu yang konyol" kata aira, kellipun juga tak mau kalah.
"Pokoknya ana yang konyol" katanya langsung tertawa.
"Baiklah" kata ana.
"Aku memang slalu salah, oke" lanjutnya mengalah dengan wajah melas.
"Hahaha" teman-temannya tertawa bahagia. Tak lama kemudian sampailah dirumah nafa. Nafa segera keluar dan masuk kedalam rumah. Ibunya sedang menyapu ruang keluarga.
"Ibu" kata nafa saat sadar ibunya ada dirumah. Ibu nafa melihat nafa.
"Kenapa pulang lagi fa, nggak jadi pergi ?" Tanya ibunya.
"Koperku tertinggal bu" jawab nafa langsung naik ke atas.
"Bagaimana bisa tertinggal fa, kamu itu ceroboh" kata ibunya.
"Namanya juga manusia" teriak nafa dari atas. Nafa lalu masuk kedalam kamar mengambil koper, lalu menuju kebawah. Nafa keluar rumah dengan berlari kecil.
"Hati-hati fa, ibu baru saja selesai mengepelnya" kata ibunya mengingatkan.
"Iy..." nafa terpeleset.
"Aduh" katanya merintih kesakitan sambil memegang kaki.
"Nafa" teriak ibunya langsung menuju keteras.
"Nafa, kamu nggak apa-apa kan ?" Tanya kelli yang sejak tadi menunggu diteras, sambil membantunya berdiri.
"Ibu kan sudah bilang hati-hati, kamu itu ceroboh" kata ibunya dengan cemas.
"Kamu nggak apa-apa kan ?" Lanjutnya.
"Nggak apa-apa kok bu, nafa berangkat dulu ya ?" Kata nafa.
"Lebih baik besok, ini sudah hampir senja" kata ibu nafa.
"Tapi bu" kata nafa cemberut.
"Tapi apa, kamu itu ceroboh. Pergi saat senja itu berbahaya" kata ibu nafa. Nafa melihat teman-temannya.
"Baiklah" kata nafa.
"Tapi aku ingin sekarang" kata nafa memohon. Ibunya luluh. Bagaimana tidak, nafa adalah anak satu-satunya jadi tidak heran kalo dia terlalu dimanja. Nafa mengulurkan tangannya.
"Hati-hati sayang" kata ibunya, juga mengulurkan tangan. Mereka berjabat tangan, nafa mencium tangan ibunya. Ibu nafa mencium kening nafa. Kellipun berpamitan, begitu pula teman-teman nafa yang berada didalam mobil. Mereka keluar dulu untuk berpamitan.
Setelah berpamitan merekapun segera masuk kemobil. Nafa melambaikan tangan begitu juga dengan ibunya.
"Fa, kamu nggak apa-apa kan ?" Tanya wina.
"Nggak apa-apa kok" jawab nafa.
"Kamu kok sedih ?" Tanya aira kepada nafa.
"Nggak apa-apa kok" jawab nafa.
"Nafa tenang aja, kita akan slalu ada buat kamu kok" kata kelli sambil tersenyum.
"Kalo kamu takut, aku akan meluk kamu kayak gini" kata ana langsung memeluk nafa.
"Aku juga" kata wina juga memeluk nafa.
"Aku jauh" kata aira sambil cemberut, karena dia berada disamping kelli.
"Kalo aku nggak bisa" kata kelli yang sedang mengemudikan mobil.
"Tapi aku kan slalu ada kok, buat kalian" lanjutnya.
"Hahaha, aku sayang kalian" kata nafa sambil tersenyum.
"Kita itu apa?" Lanjutnya.
"Kawan" jawab jawab kelli, ana, wina, dan aira serentak.
"Hahaha" mereka tertawa bersama. Bercanda tawa bersama sahabat, itulah yang paling indah.
"Win, kok nggak bisa direm" kata kelli panik.
"Kelli pelan-pelan dong" kata aira ketakutan. Mereka berteriak ketika mobil itu menabrak sebuah pohon.
"Wina" kata nafa sambil mengoyangkan badan wina yang sudah terselimuti darah. Nafa melihat orang-orang disekitarnya yang bersimpah darah. Dia memegang kepalanya. Tangannya bersimpah darah. Dia memegang kepalanya. Tangannya bersimpah darah, kepalanya sangat sakit. Rasa sakit itu membuatnya tak sadarkan diri.
Saat nafa terbangun dia sudah berada dirumah sakit. Nafa melihat sekelilingnya, tak ada siapapun. Dimana wina, dimana ana, dimana kelli dan aira. Mengapa mereka tak disini. Ada seorang perempuan yang masuk keruangan ini, dia seorang perawat.
"Selamat sore" katanya. Nafa masih terdiam, dia masih bingung. Dia ingin berbicara, tapi entah mengapa tidak terdengar suara apapun. Perawat itu keluar setelah memeriksa keadaannya. Nafa slalu mencoba untuk berbicara, tapi tak pernah terdengar. Ia panik, apa yang terjadi? Apa apa ini ?. Dia menangis, teriak sekencang mungkin tapi tak ada seorangpun yang mendengar.
"Apa yang terjadi? Kenapa ini terjadi ? Dimana suaraku ? Dimana?" Teriaknya tak berhenti diiringi dengan derasnya tetesan air mata.
"Kenapa aku disini sendirian ? Dimana teman-temanku? Dimana mereka?" Teriaknya lagi.
"Wina!"
"Aira!"
"Ana!"
"Kelli!" Katanya menangis.
"Dimana kalian" teriaknya lagi. Tiba-tiba teman-temannya berada disampingnya. Nafa bingung, kenapa mereka cepat sekali. Wina, aira, ana dan kelli langsung memeluk nafa. Nafa sangat merasa nyaman saat itu. Pelukan itu membuat nafa lupa akan suaranya. Sampai ia tertidur lelap.
Nafa tak pernah tau, bahwa teman-temannya itu sudah beda alam dengannya. Hari demi hari dilewati dengan terapi untuk mengembalikan suaranya. Semua cobaan berat itu, tak pernah ia pedulikan. Karna nafa tak pernah sendiri. Teman-temannya slalu ada untuknya. Justru, cobaan dan pelukan itu adalah hal terindah yang terjadi.
Berbulan-bulan hal itu terjadi. Hari demi hari nafa semakin membaik. Mungkin sebentar lagi dia akan bisa berbicara lagi. Tapi entah sampai kapan ia menganggap temannya masih hidup. Tidak ada yang tau tentang itu. Yang dapat diketahui adalah pertemanan mereka yang sejati.
Orang bilang
Orang bilang
Jika mimpi itu karna memikirkan
Aku tak memikirkanmu
Tetapi kau dimimpiku
Orang bilang
Jika mimpi itu karna rindu
Aku tak merindukanmu
Tetapi kau dimimpiku
Tetapi mimpi apa ini
Apakah aku merindukanmu
Tetapi aku tak merasakan itu
Atau justru kau yang merindukanku
Ah, aku tak paham dengan itu
Intinya mimpi ini menganggu pikiranku
Membuatku sulit melupakan lagi
Membuatku rapuh untuk kesekian kali
Jika mimpi itu karna memikirkan
Aku tak memikirkanmu
Tetapi kau dimimpiku
Orang bilang
Jika mimpi itu karna rindu
Aku tak merindukanmu
Tetapi kau dimimpiku
Tetapi mimpi apa ini
Apakah aku merindukanmu
Tetapi aku tak merasakan itu
Atau justru kau yang merindukanku
Ah, aku tak paham dengan itu
Intinya mimpi ini menganggu pikiranku
Membuatku sulit melupakan lagi
Membuatku rapuh untuk kesekian kali
Senin, 17 September 2018
Dia dan tragedi ulangtahunku
Hari ini masih seperti biasanya dimana aku dan DIA mulai seperti orang yang tak pernah kenal. Masih teringat masa-masa dimana aku dan DIA dekat, dimana bercanda, bercerita dan saling mempercayai satu sama lain. Aku tak mengerti, kenapa suatu hubungan yang aku anggap kuat itu mudah dihancurkan oleh keegoisan satu sama lain. Aku tak pernah punya maksud untuk membuatnya menangis tentang apa yang terjadi padaku. Tapi apa salah jika aku mendapatkan itu.
Masih teringat jelas dibenakku tentang kejadian itu, hari itu hari ulangtahunku pertama kali di SMA. Aku tak pernah ingin dapat kejutan seindah itu. Ya, indah. Itu awalnya, sebelum semua senyuman berubah menjadi air mata. Aku ingin tersenyum bersama seorang sahabat, entah kenapa itu tak terjadi. Apa aku salah menganggap DIA, atau memang aku tak pantas mendapatkannya.
Di ruang osis, anggota osis mengucapkan selamat padaku. Aku senang dengan senyum mereka semua. Tiba-tiba nurul mengulurkan setangkai bunga mawar putih padaku. Aku dan hero tau itu dari siapa , aku menggeleng.
"Terima may, nggak tau kan pengorbanan dia. Aku disuruh berangkat, cuma buat ngasihin ini kekamu" kata nurul.
"Aku takut, kalo aku nerima itu dia fikir aku nerima dia " jawabku.
"Enggak may" kata nurul.
"Hargai dek, dia udah nyiapin semuanya lho. Cuma demi kamu, dia nggak nuntut kamu bilang iya." Kata mbak febi meyakinkanku
"Tapi mbak" kataku ragu.
"Kasian dia dek" kata mbak dewi.
"Dia bilang gini may. Yang penting bungane udah diterima maya, udah sampai rumahe dia. Kalo habis itu mau dibuang aku nggak apa-apa, yang penting udah dia terima" kata nurul. Aku nerima bunga itu. Mbak febi ternyata juga ngasih bunga, paijo juga bawa.
"Cie zaki" kata anak-anak osis.
"Eh, ini juga dari kak mbemnya maya" katanya langsung ketawa.
"Dasar paijo" kataku. Aku menerima bunga 3 itu, ternyata ada tulisannya huruf. Katanya hero dia udah nyiapin 16 bunga mawar putih, ditulis H B D M A Y A O K T A V I A N A. Ya allah dia so sweet banget. Tapi aku udah anggap dia sebagai kakakku. DIA kok sedih, aku bingung kenapa DIA bersikap begitu. Tiba-tiba DIA udah nggak ada diruang osis, apa ada yang salah sama aku.
"Ke kelas yuk bel" kataku dengan nabel. Bungaku dibawa nabel, terus menuju ke kelas. Belum lama duduk dikelas kak tembem menyuruh teman-temannya kekelasku buat ngasihin bunga itu. Ada mbak sandra sahabatnya kak tembem juga. Aku sebenere malu dengan semua kejutan ini, aku juga takut dengab semua ini. Aku takut jika dikira PHP, aku nggak mungkin nerima kak tembem. Aku inget kata-kata DIA yang nyuruh aku untuk nggak nerima bunga itu, demi kak awan. Tapi aku harus menghargai kak mbem, dia kakakku.
Temen-temen kak tembem tanya sama teman-temanku didepan kelas siapa yang namanya maya. Mereka senyum sambil ngasihin bunga itu.
"Nggak usah mbak aku takut" kataku sama salah satu orang yang memberikan bunga itu.
"Nggak apa-apa dek" jawabnya.
"Kalo nanti aku dikira nerima dia" kataku.
"Enggak dek, nggak apa-apa" katanya meyakinkan. Oke, aku nerima bunga itu. Tapi tetep aja yang bawa itu nabel, karna aku nggak mau ada yang salah paham tentang itu. Bunga yang ke 16 aku terima didepan osis, dan orang itu bilang.
"Bunganya dirangkai ya dek"
"Iya mbak makasih" jawabku. Bunga itu kurangkai. Ya, memang bener terdapat tulisan indah disitu HBD MAYA OKTAVIANA. Tapi apa arti bunga itu, jika aku tak menginginkannya.
Waktu berlalu begitu cepat, tibalah saat rohis (rohani islam). Disitu aku mendapatkan kejutan yang bisa buatku menangis. Kak tembem dan teman-temannya membawa kue ulangtahun dan jam tangan buatku. Temannya membawa foto-fotoku yang dirangkai sedemikian rupa, dengan tulisan yang sama seperti dibunga itu.
Aku melihat DIA , ia menangis melihat itu. Aku tak mau melihat itu. Kak mbem ingin memasangkan jam itu di tanganku, tapi aku menolak. Dia memaksa terus.
"Nggak apa-apa, nggak usah. Namane anak kecil juga malu" kata mbak sandra.
"Oke " kata kak tembem. Kak tembem berjabat tangan sama aku sambil bilang.
"Panjang umur, sehat selalu, pokoknya tambah baik-baik dan yang pasti. Bisa bilang RRRR" katanya langsung ketawa, teman-temanpun ikut tertawa. Tapi kenapa dengan DIA, DIA menangis dibahunya asti. Apa maksud dari ini semua, apa yang terjadi padaku salah buat DIA. Kak tembem keluar dari kelas sambil bilang.
"Jangan cengeng" ya, pasti dia tau kalo aku sedih lihat ini. Aku sedih, disaat aku senang DIA tak ikut merasakannya. Apa salah dengan kejadian ini.
Waktu pulang rohis, DIA bilang.
"Duluan ya" katanya sambil senyum, tapi tetep aja ada yang berbeda dari DIA.
"Iya" jawabku.
"Hampir habis may" kata nabel. Hahaha, nabel-nabel. Dari tadi makan kue itu terus. Aku dapat tersenyum. Aku dan nabel menuju keruang osis dengan membawa kue itu. Disitu aku melimpahkan apa yang aku rasakan, senang, sedih. Karna tak mengerti tentang semua ini. Sandiwara apa yang terjadi dihari ini. Apakah air mata itu sandiwara ? tentu saja tidak !.
"Cemburu sosial" kata mbak rima. Tapi aku tau DIA, DIA nggak mungkin cemburu. DIA seorang sahabat yang baik. Tapi entah,aku tak tau tentang ini. Aku benar-benar tak mengerti arti semua ini.
"Kekamar mandi yuk?" Kata hero.
"Ngapain" jawabku.
"Menurutmu?" Katanya heran.
"Hahaha, iya PHP" jawabku. Aku dan dia keluar dari ruang osis. Sampai disamping kamar mandi, aku menuju kekamar mandi. Tapi dia menarik tanganku.
"Mau kemana?" Tanyaku heran.
"Ikut aja" jawabnya. Kita menuju kesalah satu kelas. Hero masuk, aku menarik tangannya.
"Ngapain ?" Tanyaku, aku mulai takut.
"Masuk aja" jawabnya. Aku ragu.
"Ayo" dia menarikku. Ternyata disitu sudah ada kak awan dan kak lori. Kak awan nyanyi selamat ulangtahun. Aku niup lilin sama dia. Dia dapat potongan pertama dari aku, hero dan kak lori sibuk sendiri. Kita foto-foto bareng, aku dapat melupakan masalah itu sekejap. Tapi seakan teringat lagi saat diruang osis tadi. Saat anak osis berfoto dengan bunga itu, DIA langsung saja kembali kekelas. Huh, rasanya lelah sekali. Tiba-tiba hero dan kak lori keluar. Kak awan megang tanganku sambil bilang.
"Kamu mau nggak jadi pacarku" aku bingung mau bilang apa, aku bingung. Aku inget kata-kata DIA , buat nerima kak awan. Oke demi kamu aku terima dia. Aku mengangguk. Lagi pula aku juga nggak enak buat nolak dia, karena sebelum dia nembak. Dia ngasih kado boneka beruang buat aku, warna jinga. Dia tau apa kesukaanku, aku berharap dia juga bisa jaga perasaan. Aku juga berharap DIA mau aku bahagia, jadi DIA berharap buat aku nerima kak awan. Aku yakin seorang sahabat, pasti menginginkan sahabatnya bahagia.
"Nanti bilang sama DIA ya, kalo kamu nerima aku" katanya sambil senyum.
"Iya" jawabku.
"Mau dianter pulang?" Tanyanya.
"Nggak usah, makasih" jawabku.
"Oke" katanya. Aku pulang dengan hero, baru aja satu langkah dia bilang.
"Hati-hati ya" aku mengangguk dan tersenyum. Lalu menuju keruang osis untuk mengambil tas, langsung pulang deh. Ternyata didepan sekolah sudah ada kak tembem. Dia sedih, kenapa ini. Dia melihat hadiah yang aku pegang dari kak awan. Mungkin dia sudah tau semuanya. Huh, apa yang harus aku lakukan 😔
"Duluan kak" kataku waktu sudah ada bus yang berhenti.
"Iya, hati-hati dek" jawabnya. Aku mengangguk langsung menyebrang jalan, dan naik bus itu. Sampainya dirumah baru saja buka pintu.
"Dari siapa?" Kata ibu.
"Temen" jawabku langsung masuk kedalam kamar. Aku menangisi apa yang terjadi, apa salahku. Aku tak mengerti tentang semuanya. Aku menerima kak awan demi DIA. Aku udah anggap DIA sebagai sahabat, tapi kenapa. Teringat hari-hari sebelumnya saat DIA bahagia jika menceritakan kak awan. Tapi mengapa DIA menyuruhku untuk menerima kak awan. Kenapa ?
Hari-hari berikutnya aku menjaga jarak dengan DIA, untuk intropeksi diri. Tapi apa yang kudapat, kenyataan pahit yang tak pernah kuduga. Temanku bercerita jika DIA bilang.
"Apasih kelebihannya maya ? Kenapa banyak yang suka sama dia. Halah, padahal maya sama aku cantik aku" oke, kalo memang gitu. DIA ditanya bilang gitu atau enggak, katane nggak pernah. Padahal temenku yang denger langsung ada 2, terus satu bangkunya juga bilang iya kalo DIA bilang gitu. Nggak mau ngaku ? Nggak apa-apa. Nggak perlu ngaku, karna dengan begitu aku tau siapa sebenarnya kamu. Kamu punya kelebihan yang tak kupunyai. Kau dapat tau kan apa yang kurasakan, tapi aku tidak. Aku tak iri, buat apa. Aku juga tak tau kali diluar sana lebih banyak lagi yang kau ucapkan.
Sudah selesai semua sandiwara itu. Sehingga sekarang aku tau, siapa sahabat siapa tidak. Kau bilang didalam kelas ini semua berpolitik. Betul, kaupun sama. Sudahlah, aku tak menyesal tentang kejauhan ini. Yang kusesali adalah menangisi seorang yang tak seharusnya kutangisi. Biarlah masa-masa dimana kita tak dapat dipisahkan itu menjadi kenangan. Dan kejadian ini menjadi pelajaran sekaligus jawaban, atas semuanya. Selamat tinggal kenangan.
Masih teringat jelas dibenakku tentang kejadian itu, hari itu hari ulangtahunku pertama kali di SMA. Aku tak pernah ingin dapat kejutan seindah itu. Ya, indah. Itu awalnya, sebelum semua senyuman berubah menjadi air mata. Aku ingin tersenyum bersama seorang sahabat, entah kenapa itu tak terjadi. Apa aku salah menganggap DIA, atau memang aku tak pantas mendapatkannya.
Di ruang osis, anggota osis mengucapkan selamat padaku. Aku senang dengan senyum mereka semua. Tiba-tiba nurul mengulurkan setangkai bunga mawar putih padaku. Aku dan hero tau itu dari siapa , aku menggeleng.
"Terima may, nggak tau kan pengorbanan dia. Aku disuruh berangkat, cuma buat ngasihin ini kekamu" kata nurul.
"Aku takut, kalo aku nerima itu dia fikir aku nerima dia " jawabku.
"Enggak may" kata nurul.
"Hargai dek, dia udah nyiapin semuanya lho. Cuma demi kamu, dia nggak nuntut kamu bilang iya." Kata mbak febi meyakinkanku
"Tapi mbak" kataku ragu.
"Kasian dia dek" kata mbak dewi.
"Dia bilang gini may. Yang penting bungane udah diterima maya, udah sampai rumahe dia. Kalo habis itu mau dibuang aku nggak apa-apa, yang penting udah dia terima" kata nurul. Aku nerima bunga itu. Mbak febi ternyata juga ngasih bunga, paijo juga bawa.
"Cie zaki" kata anak-anak osis.
"Eh, ini juga dari kak mbemnya maya" katanya langsung ketawa.
"Dasar paijo" kataku. Aku menerima bunga 3 itu, ternyata ada tulisannya huruf. Katanya hero dia udah nyiapin 16 bunga mawar putih, ditulis H B D M A Y A O K T A V I A N A. Ya allah dia so sweet banget. Tapi aku udah anggap dia sebagai kakakku. DIA kok sedih, aku bingung kenapa DIA bersikap begitu. Tiba-tiba DIA udah nggak ada diruang osis, apa ada yang salah sama aku.
"Ke kelas yuk bel" kataku dengan nabel. Bungaku dibawa nabel, terus menuju ke kelas. Belum lama duduk dikelas kak tembem menyuruh teman-temannya kekelasku buat ngasihin bunga itu. Ada mbak sandra sahabatnya kak tembem juga. Aku sebenere malu dengan semua kejutan ini, aku juga takut dengab semua ini. Aku takut jika dikira PHP, aku nggak mungkin nerima kak tembem. Aku inget kata-kata DIA yang nyuruh aku untuk nggak nerima bunga itu, demi kak awan. Tapi aku harus menghargai kak mbem, dia kakakku.
Temen-temen kak tembem tanya sama teman-temanku didepan kelas siapa yang namanya maya. Mereka senyum sambil ngasihin bunga itu.
"Nggak usah mbak aku takut" kataku sama salah satu orang yang memberikan bunga itu.
"Nggak apa-apa dek" jawabnya.
"Kalo nanti aku dikira nerima dia" kataku.
"Enggak dek, nggak apa-apa" katanya meyakinkan. Oke, aku nerima bunga itu. Tapi tetep aja yang bawa itu nabel, karna aku nggak mau ada yang salah paham tentang itu. Bunga yang ke 16 aku terima didepan osis, dan orang itu bilang.
"Bunganya dirangkai ya dek"
"Iya mbak makasih" jawabku. Bunga itu kurangkai. Ya, memang bener terdapat tulisan indah disitu HBD MAYA OKTAVIANA. Tapi apa arti bunga itu, jika aku tak menginginkannya.
Waktu berlalu begitu cepat, tibalah saat rohis (rohani islam). Disitu aku mendapatkan kejutan yang bisa buatku menangis. Kak tembem dan teman-temannya membawa kue ulangtahun dan jam tangan buatku. Temannya membawa foto-fotoku yang dirangkai sedemikian rupa, dengan tulisan yang sama seperti dibunga itu.
Aku melihat DIA , ia menangis melihat itu. Aku tak mau melihat itu. Kak mbem ingin memasangkan jam itu di tanganku, tapi aku menolak. Dia memaksa terus.
"Nggak apa-apa, nggak usah. Namane anak kecil juga malu" kata mbak sandra.
"Oke " kata kak tembem. Kak tembem berjabat tangan sama aku sambil bilang.
"Panjang umur, sehat selalu, pokoknya tambah baik-baik dan yang pasti. Bisa bilang RRRR" katanya langsung ketawa, teman-temanpun ikut tertawa. Tapi kenapa dengan DIA, DIA menangis dibahunya asti. Apa maksud dari ini semua, apa yang terjadi padaku salah buat DIA. Kak tembem keluar dari kelas sambil bilang.
"Jangan cengeng" ya, pasti dia tau kalo aku sedih lihat ini. Aku sedih, disaat aku senang DIA tak ikut merasakannya. Apa salah dengan kejadian ini.
Waktu pulang rohis, DIA bilang.
"Duluan ya" katanya sambil senyum, tapi tetep aja ada yang berbeda dari DIA.
"Iya" jawabku.
"Hampir habis may" kata nabel. Hahaha, nabel-nabel. Dari tadi makan kue itu terus. Aku dapat tersenyum. Aku dan nabel menuju keruang osis dengan membawa kue itu. Disitu aku melimpahkan apa yang aku rasakan, senang, sedih. Karna tak mengerti tentang semua ini. Sandiwara apa yang terjadi dihari ini. Apakah air mata itu sandiwara ? tentu saja tidak !.
"Cemburu sosial" kata mbak rima. Tapi aku tau DIA, DIA nggak mungkin cemburu. DIA seorang sahabat yang baik. Tapi entah,aku tak tau tentang ini. Aku benar-benar tak mengerti arti semua ini.
"Kekamar mandi yuk?" Kata hero.
"Ngapain" jawabku.
"Menurutmu?" Katanya heran.
"Hahaha, iya PHP" jawabku. Aku dan dia keluar dari ruang osis. Sampai disamping kamar mandi, aku menuju kekamar mandi. Tapi dia menarik tanganku.
"Mau kemana?" Tanyaku heran.
"Ikut aja" jawabnya. Kita menuju kesalah satu kelas. Hero masuk, aku menarik tangannya.
"Ngapain ?" Tanyaku, aku mulai takut.
"Masuk aja" jawabnya. Aku ragu.
"Ayo" dia menarikku. Ternyata disitu sudah ada kak awan dan kak lori. Kak awan nyanyi selamat ulangtahun. Aku niup lilin sama dia. Dia dapat potongan pertama dari aku, hero dan kak lori sibuk sendiri. Kita foto-foto bareng, aku dapat melupakan masalah itu sekejap. Tapi seakan teringat lagi saat diruang osis tadi. Saat anak osis berfoto dengan bunga itu, DIA langsung saja kembali kekelas. Huh, rasanya lelah sekali. Tiba-tiba hero dan kak lori keluar. Kak awan megang tanganku sambil bilang.
"Kamu mau nggak jadi pacarku" aku bingung mau bilang apa, aku bingung. Aku inget kata-kata DIA , buat nerima kak awan. Oke demi kamu aku terima dia. Aku mengangguk. Lagi pula aku juga nggak enak buat nolak dia, karena sebelum dia nembak. Dia ngasih kado boneka beruang buat aku, warna jinga. Dia tau apa kesukaanku, aku berharap dia juga bisa jaga perasaan. Aku juga berharap DIA mau aku bahagia, jadi DIA berharap buat aku nerima kak awan. Aku yakin seorang sahabat, pasti menginginkan sahabatnya bahagia.
"Nanti bilang sama DIA ya, kalo kamu nerima aku" katanya sambil senyum.
"Iya" jawabku.
"Mau dianter pulang?" Tanyanya.
"Nggak usah, makasih" jawabku.
"Oke" katanya. Aku pulang dengan hero, baru aja satu langkah dia bilang.
"Hati-hati ya" aku mengangguk dan tersenyum. Lalu menuju keruang osis untuk mengambil tas, langsung pulang deh. Ternyata didepan sekolah sudah ada kak tembem. Dia sedih, kenapa ini. Dia melihat hadiah yang aku pegang dari kak awan. Mungkin dia sudah tau semuanya. Huh, apa yang harus aku lakukan 😔
"Duluan kak" kataku waktu sudah ada bus yang berhenti.
"Iya, hati-hati dek" jawabnya. Aku mengangguk langsung menyebrang jalan, dan naik bus itu. Sampainya dirumah baru saja buka pintu.
"Dari siapa?" Kata ibu.
"Temen" jawabku langsung masuk kedalam kamar. Aku menangisi apa yang terjadi, apa salahku. Aku tak mengerti tentang semuanya. Aku menerima kak awan demi DIA. Aku udah anggap DIA sebagai sahabat, tapi kenapa. Teringat hari-hari sebelumnya saat DIA bahagia jika menceritakan kak awan. Tapi mengapa DIA menyuruhku untuk menerima kak awan. Kenapa ?
Hari-hari berikutnya aku menjaga jarak dengan DIA, untuk intropeksi diri. Tapi apa yang kudapat, kenyataan pahit yang tak pernah kuduga. Temanku bercerita jika DIA bilang.
"Apasih kelebihannya maya ? Kenapa banyak yang suka sama dia. Halah, padahal maya sama aku cantik aku" oke, kalo memang gitu. DIA ditanya bilang gitu atau enggak, katane nggak pernah. Padahal temenku yang denger langsung ada 2, terus satu bangkunya juga bilang iya kalo DIA bilang gitu. Nggak mau ngaku ? Nggak apa-apa. Nggak perlu ngaku, karna dengan begitu aku tau siapa sebenarnya kamu. Kamu punya kelebihan yang tak kupunyai. Kau dapat tau kan apa yang kurasakan, tapi aku tidak. Aku tak iri, buat apa. Aku juga tak tau kali diluar sana lebih banyak lagi yang kau ucapkan.
Sudah selesai semua sandiwara itu. Sehingga sekarang aku tau, siapa sahabat siapa tidak. Kau bilang didalam kelas ini semua berpolitik. Betul, kaupun sama. Sudahlah, aku tak menyesal tentang kejauhan ini. Yang kusesali adalah menangisi seorang yang tak seharusnya kutangisi. Biarlah masa-masa dimana kita tak dapat dipisahkan itu menjadi kenangan. Dan kejadian ini menjadi pelajaran sekaligus jawaban, atas semuanya. Selamat tinggal kenangan.
Sahabat katanya
Sahabat statusnya
Munafik omongannya
Iri sifatnya
Muka dua mukanya
Kenapa ?
Kenapa harus aku sahabat
Aku melakukan apa yang kau inginkan
Apa itu tak cukup ?
Dan bahkan
Aku mengorbankan perasaanku karnamu
Aku mencoba mencintai karnamu
Aku menerimanya karnamu
Tetapi...
Apa yang aku dapat
Hanya berita dari mulut kemulut yang kejam
Sekejam itukah dirimu
Aku tak iri
Kenapa kau iri
Aku kira cemburu sosial itu tak ada didalam persahabatan
Dan ternyata aku salah besar
Selesai semua
Semua telah selesai
Aku tak menyesal tentang kejauhan ini
Yang aku sesali karna kumenangis
Terimakasih sahabat
Aku belajar banyak darimu
Biarlah saat kita tak dapat dipisahkan menjadi kenangan
Selamat tinggal kenangan
Rabu, 12 September 2018
Terimakasih
Aku...
Banyak sekali kekuranganku
Kamu...
Jauh sempurna dibanding aku
Kita...
Aku harap itu slamanya
Kita...
Aku harap itu abadi
Berulangkali aku ingin pergi
Berulangkali juga kau buat aku kembali
Berulangkali aku menyakiti
Berulangkali juga kau memaafkan
Aku beruntung
Saat ku anggap kau tak beruntung
Kau berkata
Aku beruntung memilikimu
Kau ini manusia atau dewa ?
Slalu memafkan atas dasar kepercayaan
Slalu menyayangi atas dasar sayang
Slalu mencintai atas dasar cinta
Ketulusanmu
Kepercayaanmu
Kesetiaanmu
Buatku tak bisa berpaling darimu
Terimakasih untuk sayangmu
Terimakasih untuk cintamu
Terimakasih telah menerimaku
Terimakasih untuk semua itu
Banyak sekali kekuranganku
Kamu...
Jauh sempurna dibanding aku
Kita...
Aku harap itu slamanya
Kita...
Aku harap itu abadi
Berulangkali aku ingin pergi
Berulangkali juga kau buat aku kembali
Berulangkali aku menyakiti
Berulangkali juga kau memaafkan
Aku beruntung
Saat ku anggap kau tak beruntung
Kau berkata
Aku beruntung memilikimu
Kau ini manusia atau dewa ?
Slalu memafkan atas dasar kepercayaan
Slalu menyayangi atas dasar sayang
Slalu mencintai atas dasar cinta
Ketulusanmu
Kepercayaanmu
Kesetiaanmu
Buatku tak bisa berpaling darimu
Terimakasih untuk sayangmu
Terimakasih untuk cintamu
Terimakasih telah menerimaku
Terimakasih untuk semua itu
Selasa, 11 September 2018
Aku memilih
Aku tau apa yang akan terjadi
Tetapi aku tetap inginkan hal itu
Aku tau bahagiaku hanya sekejap
Tetapi aku tetap menunggu itu
Aku tau prioritasmu bukan aku
Aku tau aku hanya mengisi waktu luangmu
Aku tau semua itu tak tulus untukku
Tetapi aku tetap menunggu itu
Menunggu saat tiba-tiba kau pura-pura aku prioritasmu
Menunggu saat tiba-tiba kau mengisi hariku
Menunggu saat tiba-tiba kau pura-pura tulus padaku
Tetapi aku bahagia karna itu
Perasaan macam apa ini
Ketika aku lebih suka kau terbangkan lalu kau jatuhkan
Dari pada
Aku tak kau terbangkan sama sekali
Tetapi aku tetap inginkan hal itu
Aku tau bahagiaku hanya sekejap
Tetapi aku tetap menunggu itu
Aku tau prioritasmu bukan aku
Aku tau aku hanya mengisi waktu luangmu
Aku tau semua itu tak tulus untukku
Tetapi aku tetap menunggu itu
Menunggu saat tiba-tiba kau pura-pura aku prioritasmu
Menunggu saat tiba-tiba kau mengisi hariku
Menunggu saat tiba-tiba kau pura-pura tulus padaku
Tetapi aku bahagia karna itu
Perasaan macam apa ini
Ketika aku lebih suka kau terbangkan lalu kau jatuhkan
Dari pada
Aku tak kau terbangkan sama sekali
Kenyataan hidup
Aku suka berhayal
Aku suka berimajinasi
Aku suka mengandaikan
Aku suka tentang itu
Aku suka akan mimpi
Aku suka akan imajinasi
Aku suka akan seandainya
Aku suka tentang itu
Karna aku tau
Kenyataan tak seindah itu
Kenyataan tak sesempurna itu
Kenyataan tak akan seperti itu
Tapi aku lupa
Kenyataan tak seburuk itu
Kenyataan tak sepahit itu
Kenyataan tak separah itu
Aku teringat
Aku hidup didunia
Dimana yang aku jalani adalah kenyataan
Dan bukan mimpi, imajinasi dan seandainya
Hidup perlu bermimpi
Hidup perlu berimajinasi
Hidup perlu berandai-andai
Hidup perlu itu
Tetapi jangan lupa
Hidup adalah kenyataan
Bangun dan jalani seperti air mengalir
Maka akan indah walau ada kepahitan
Aku suka berimajinasi
Aku suka mengandaikan
Aku suka tentang itu
Aku suka akan mimpi
Aku suka akan imajinasi
Aku suka akan seandainya
Aku suka tentang itu
Karna aku tau
Kenyataan tak seindah itu
Kenyataan tak sesempurna itu
Kenyataan tak akan seperti itu
Tapi aku lupa
Kenyataan tak seburuk itu
Kenyataan tak sepahit itu
Kenyataan tak separah itu
Aku teringat
Aku hidup didunia
Dimana yang aku jalani adalah kenyataan
Dan bukan mimpi, imajinasi dan seandainya
Hidup perlu bermimpi
Hidup perlu berimajinasi
Hidup perlu berandai-andai
Hidup perlu itu
Tetapi jangan lupa
Hidup adalah kenyataan
Bangun dan jalani seperti air mengalir
Maka akan indah walau ada kepahitan
Kamis, 06 September 2018
Bahagia sebenarnya
Tak perlu ada yang tau
Tak perlu mengumbar sesuatu
Hidup hanya mau dipuji
Bahagia bukan sebenarnya yang dirasa
Jalani hidup
Dengarkan setiap perkataan
Lakukan apa yang baik
Tinggalkan apa yang buruk
Tak perlu pura-pura bahagia
Hidup hanya dalam cerita drama
Semuanya dipertunjukkan
Kau ini manusia atau boneka
Hidup hanya sekali
Jalani dan nikmati setiap prosesnya
Bersyukur atas apa yang terjadi
Akan datang kebahagiaan yang sebenarnya
Tak perlu mengumbar sesuatu
Hidup hanya mau dipuji
Bahagia bukan sebenarnya yang dirasa
Jalani hidup
Dengarkan setiap perkataan
Lakukan apa yang baik
Tinggalkan apa yang buruk
Tak perlu pura-pura bahagia
Hidup hanya dalam cerita drama
Semuanya dipertunjukkan
Kau ini manusia atau boneka
Hidup hanya sekali
Jalani dan nikmati setiap prosesnya
Bersyukur atas apa yang terjadi
Akan datang kebahagiaan yang sebenarnya
Minta pendapat
Saat ini
Hari ini
Detik ini
Aku mengingatmu
Mengingat semua tentangmu
Masa-masa bersamamu
Yang telah jauh
Telah jauh dibelakang waktu
Bolehkan aku minta pendapat
Apakah boleh ?
Ah, omong kosong
Jangan coba mendekat
Jangan coba masuk lagi
Masuk kedalam kehidupanmu
Yang sering membuat bahagia
Dan hanya sekejap lalu luka
Aku muak
Muak dengan fikiranku
Aku lelah
Lelah dengan rasaku
Aku bohong
Jika aku bisa tanpamu
Aku bodoh
Karna telah meninggalkanmu
Semua terlanjur
Semua telah selesai
Aku tak akan bisa masuk
Walau hanya ingin minta pendapat
Hari ini
Detik ini
Aku mengingatmu
Mengingat semua tentangmu
Masa-masa bersamamu
Yang telah jauh
Telah jauh dibelakang waktu
Bolehkan aku minta pendapat
Apakah boleh ?
Ah, omong kosong
Jangan coba mendekat
Jangan coba masuk lagi
Masuk kedalam kehidupanmu
Yang sering membuat bahagia
Dan hanya sekejap lalu luka
Aku muak
Muak dengan fikiranku
Aku lelah
Lelah dengan rasaku
Aku bohong
Jika aku bisa tanpamu
Aku bodoh
Karna telah meninggalkanmu
Semua terlanjur
Semua telah selesai
Aku tak akan bisa masuk
Walau hanya ingin minta pendapat
Minggu, 02 September 2018
Bukan untuk aku
Malam ini aku memimpikanmu
Apakah aku rindu ?
Ataukah justru kamu yang rindu ?
Aku tak tau pasti tentang itu
Setelah datang mimpi
Aku merasa aku butuh kehadiranmu
Tetapi
Tetap saja hariku tanpamu
Aku butuh jawabanmu
Tentang kau atau aku yang rindu
Tetapi tetap saja sama
Yang kudapat hanya diammu
Mungkin hanya aku yang rindu
Hanya aku yang menunggu
Walau aku tau
Rindumu dan kedatanganmu bukan untuk aku
Apakah aku rindu ?
Ataukah justru kamu yang rindu ?
Aku tak tau pasti tentang itu
Setelah datang mimpi
Aku merasa aku butuh kehadiranmu
Tetapi
Tetap saja hariku tanpamu
Aku butuh jawabanmu
Tentang kau atau aku yang rindu
Tetapi tetap saja sama
Yang kudapat hanya diammu
Mungkin hanya aku yang rindu
Hanya aku yang menunggu
Walau aku tau
Rindumu dan kedatanganmu bukan untuk aku
Harus terbiasa
Hari demi hari terasa berat
Jam demi jam terasa jauh
Menit demi menit terasa lama
Karna detik dengan detik berjauhan
Hari ini
Aku masih memiliki
Memiliki harapan yang untuk tetap bersama
Memiliki kesempatan untuk tetap memiliki
Walaupun aku tau
Esok atau lusa
Mungkin aku tak punya harapan lagi
Mungkin aku tak memiliki lagi
Mungkin juga aku akan terlupakan
Aku tertinggal jauh dibelakang
Aku terkubur sangat dalam
Bahkan aku tak dikenang
Mungkin memang benar
Aku harus menjauh sedikit demi sedikit
Aku harus mulai membiasakan
Membiasakan semua tanpamu
Ya benar
Tanpamu
Tanpa kehadiranmu
Tanpa kau disisiku
Jam demi jam terasa jauh
Menit demi menit terasa lama
Karna detik dengan detik berjauhan
Hari ini
Aku masih memiliki
Memiliki harapan yang untuk tetap bersama
Memiliki kesempatan untuk tetap memiliki
Walaupun aku tau
Esok atau lusa
Mungkin aku tak punya harapan lagi
Mungkin aku tak memiliki lagi
Mungkin juga aku akan terlupakan
Aku tertinggal jauh dibelakang
Aku terkubur sangat dalam
Bahkan aku tak dikenang
Mungkin memang benar
Aku harus menjauh sedikit demi sedikit
Aku harus mulai membiasakan
Membiasakan semua tanpamu
Ya benar
Tanpamu
Tanpa kehadiranmu
Tanpa kau disisiku
Langganan:
Postingan (Atom)